Lihat ke Halaman Asli

Tito Dimas Atmawijaya

Universitas Pamulang

Diseminasi Artikel Penelitian"Unravelling Urban Voices Linguistic Landscapes"

Diperbarui: 7 Juli 2024   23:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Mengurai Suara Urban: Lanskap Linguistik di Pusat Perbelanjaan Indonesia dan Jalanan Protes Filipina

Halo, pembaca Kompasiana! Pernahkah kalian memperhatikan tanda-tanda atau papan nama di pusat perbelanjaan atau di jalanan saat ada aksi protes? Nah, ternyata ada hal menarik yang bisa kita pelajari dari hal-hal tersebut. Dalam artikel ini, saya akan berbagi sedikit tentang penelitian menarik mengenai lanskap linguistik di pusat perbelanjaan Indonesia dan jalanan protes di Filipina.

Apa Itu Lanskap Linguistik?

Lanskap linguistik adalah studi tentang bagaimana bahasa digunakan di ruang publik. Ini mencakup berbagai elemen seperti papan nama toko, tanda jalan, billboard, dan bahkan graffiti. Cara bahasa ditampilkan di ruang publik dapat memberikan wawasan tentang keberagaman bahasa, hierarki bahasa, dan interaksi budaya di suatu komunitas.

Lanskap Linguistik di Pusat Perbelanjaan Indonesia

Pusat perbelanjaan di Indonesia adalah tempat yang penuh warna dengan berbagai tanda dan papan nama yang menggunakan beragam bahasa. Biasanya, kita akan menemukan bahasa Indonesia sebagai bahasa utama, namun seringkali ada juga bahasa Inggris, Mandarin, dan bahasa daerah lainnya. Bahasa Inggris sering digunakan untuk menarik pelanggan internasional dan memberikan kesan modern dan global. Di sisi lain, penggunaan bahasa daerah mencerminkan identitas budaya dan berusaha menarik pelanggan lokal.

Lanskap Linguistik di Jalanan Protes Filipina

Berbeda dengan pusat perbelanjaan di Indonesia, jalanan protes di Filipina menunjukkan penggunaan bahasa yang lebih bervariasi dan dinamis. Pada tanda-tanda protes, kita sering melihat campuran bahasa Inggris dan Filipino, yang digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan politik dan sosial. Bahasa Inggris, dengan pengaruh kolonialnya, dan Filipino, sebagai bahasa nasional, berbaur untuk memperkuat pesan protes dan mencapai audiens yang lebih luas.

Mengapa Ini Menarik?

Studi ini menarik karena memberikan kita wawasan tentang bagaimana bahasa mencerminkan sejarah, politik, dan dinamika sosial di dua negara yang berbeda. Di Indonesia, penggunaan bahasa di pusat perbelanjaan menunjukkan bagaimana komersialisasi dan globalisasi mempengaruhi pilihan bahasa. Sementara di Filipina, tanda-tanda protes mengungkapkan semangat perlawanan dan upaya untuk mencapai keadilan sosial melalui penggunaan bahasa yang strategis.

Metode Penelitian

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline