Seiring berjalannya waktu, dance cover telah menjadi bagian utama dari industri K-Pop, berkembang di kalangan remaja di seluruh dunia. Bahkan bisa dibilang dance cover sudah menjadi trend di kalangan pecinta K-Pop khususnya di Indonesia. Istilah dance cover sendiri digunakan untuk menggambarkan gerakan panggung yang meniru idola K-Pop. Mulai dari tarian, kostum, rias wajah, gaya rambut, hingga gestur dan ekspresi wajah para idol K-Pop yang ditampilkan oleh para penari.
Acara dance cover yang menyertakan kompetisi atau pertunjukan dance cover dalam rangkaiannya yang selalu dibanjiri massa ternyata memiliki berbagai tantangan bagi penarinnya. Salah satunnya dalam proses latihan yang membutuhkan waktu hingga 2 atau 3 minggu. Terkadang latihan tidak full member karena setiap member ada kesibukan masing masing. Ada yang kerja, kuliah dan juga sekolah SMP sama SMA.
Hal tersebut menjadi sebuah tantangan bagi satu grup yang mencover dance untuk membuat penampilannya maksimal di kompetisi atau pertunjukan cover dance yang akan datang.
Karena dalam proses latihan dance cover dibutuhkan untuk menyamakan gerakan, power, membuat chemistry, mendetailkan gerakan, dan lipsync/sikap seseorang seolah benar-benar bernyanyi dengan menggerakkan bibirnya sesuai dengan lagu. Belum lagi apabila harus menyiapkan kostum yang membutuhkan dana yang cukup besar untuk mendapatkan kostum yang mirip dengan artis aslinnya.
Menurut Ewaldho Novrizal dari Shoot of Star di Yogyakarta tantangan yang didapatkan saat latihan yaitu apabila terdapat perbedaan detail gerakan dan penyusunan pola lantai, sedangkan saat perform yaitu kontroling power dan gerakan per step agar tidak off beat karena monitor music yang terkadang tidak terdengar