Lihat ke Halaman Asli

Tito Adam

TERVERIFIKASI

Social Media Specialist | Penulis | Fotografer | Editor Video | Copy Writer | Content Writer | Former Journalist

Bu Risma "Mama Papua", Antara Warganet Surabaya Vs Indonesia

Diperbarui: 16 Juli 2021   18:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bu Risma saat mendapatkan gelar Mama Papua pada tahun 2017 lalu. Sumber: Jawa Pos

Tuduhan statement rasisme yang dilontarkan Bu Risma di media beredar luar, baik di berita online ataupun media sosial. Sebagai Social Media Specialist, saya menemukan sebuah fenomena yang menarik.

Ternyata tidak semua netizen Indonesia menuduh rasisme atas statement Bu Risma, netizen Surabaya justru membela mantan Wali Kota Surabaya ini habis-habisan. Mereka menganggap orang-orang yang berseberangan sebagai orang yang lemah.

Bagi warga Surabaya yang sudah hampir 10 tahun bersama, sosok ibu satu ini sangat lekat dan dekat dengan orang-orang Surabaya. Gimana tidak, Surabaya bisa berubah dan punya banyak penghargaan karena sosok satu ini.

Seperti berbagai komentar di akun IG Asli Suroboyo, para netizen Surabaya itu sangat merindukan sosok ibu satu ini. Sebut saja akun bernama riowahyuda02, "pulangg buu, surabaya butuh ibu".

Bahkan, netizen bernama moch.indrajaya yang mengatakan, "Semenjak jadi menteri, Ibu selalu diteror netijen. sehat terus Buk". Ini menunjukkan kedekatan emosional yang begitu kuat antara netizen Surabaya dan netizen Indonesia pada umumnya.

Tidak hanya itu saja, akun bernama bogikananto juga sama. Menurutnya, semua pihak harus realistis. Saat dirimu bekerja di kota asal lalu dipindah ke daerah lain itu akan tidak enak, bukan berarti jelekkan Papua.


Tidak hanya sosok yang berprestasi saja, Bu Risma juga seorang yang punya tingkat "sosial" yang tinggi bagi banyak masyarakat. Terutama bagi masyarakat yang tinggal di Papua.

Perlu diingat, saat menjabat Wali Kota Surabaya, banyak mengirimkan bantuan bencana di Papua. Bahkan bantuan itu merupakan bantuan pertama yang sampai di lokasi bencana. Bahkan bantuan dari Pemerintah Pusat pun belum sampai.

Contohnya saja, saat Azmat mengalami gizi buruk. Saat itu, Surabaya yang pertama kali memberikan bantuan kepada saudara kita di sana. Bukan kabupaten kota atau pemerintah pusat, tapi Surabaya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline