Kita semua tahu, 20 Mei adalah peringatan Hari Kebangkitan Nasional. Inisiatornya adalah Dr Soetomo dan para pelajar atau cendikiawan Jawa STOVIA mendirikan Boedi Oetomo.
Dilansir dari Tirto, STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen) merupakan sekolah dokter untuk bumiputera, cikal-bakal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK-UI).
Waktu itu, Boedi Oetomo didirikan oleh Soetomo, Soeraji Tirtonegoro, Goenawan Mangoenkoesoemo, dan lainnya. Pendirian BO dapat diwujudkan berkat gagasan Wahidin Soedirohoesodo.
Sedangkan menurut Tribunnews, lahirnya Boedi Oetomo ini menandai terjadinya perubahan bentuk perjuangan dalam mengusir penjajah, menjadi perjuangan dengan kekuatan pemikiran dan bersifat nasional.
Perjuangan yang selama ini bersifat kedaerahan, berubah menjadi bersifat nasional dengan tujuan mencapai kemerdekaan. Perjuangan yang selama ini dilakukan secara fisik, juga dilakukan dengan cara memanfaatkan kekuatan pemikiran.
Dari Boedi Oetomo inilah yang memelopori munculnya organisasi-organisasi pergerakan di masa selanjutnya, seperti Sarekat Dagang Islam (SDI), Indische Partij, Perhimpunan Indonesia, dan Muhammadiyah.
Pada tanggal 29 Mei 1938, Dr. Soetomo tutup usia pada umur 50 tahun. Pahlawan satu ini dimakamkan di Surabaya, tepatnya di Jalan Bubutan No.85-87. Beliau meninggal tidak memiliki seorang anak.
Di makam Dr Soetomo yang terdapat di Jalan Bubutan, juga terdapat Gedung Nasional Indonesia dan juga Museum Dr Soetomo. Di museum ini, terdapat 328 koleksi yang berupa alat-alat kesehatan dan juga foto-foto.
Koleksi tersebut merupakan koleksi barang pribadi Dr Soetomo selama hidup. Dilansir dari Kumparan, koleksi itu merupakan koleksi semasa menjadi dokter di Rumah Sakit CBZ (Central Burgelijke Ziekeninrichting) yang lalu berubah nama menjadi Rumah Sakit Simpang (saat ini sudah menjadi gedung Plaza Surabaya).
Di sana juga terdapat cerita mengenai perjuangan Dr. Soetomo semasa hidup, hingga pernikahannya dengan perempuan Belanda, Everdina J. Broering.