Lihat ke Halaman Asli

Menciptakan Sinergi antara Perusahaan dengan Buruh (Pekerja)

Diperbarui: 24 Juni 2015   05:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Demo buruh akhir-akhir ini yang menuntut kenaikan upah semakin mencerminkan betapa rapuh hubungan industrial di negara ini. Baik buruh ataupun pengusaha telah terjebak dengan kepentingan pragmatis masing-masing kelompok. Sebagai dampak dari demonstrasi, operasional perusahaan terhenti dan mengakibatkan kerugian finansial yang ironisnya malah merugikan buruh itu sendiri.

Ego sektoral buruh dan pengusaha telah mengalihkan fokus mereka untuk memberantas apa yang seharusnya menjadi musuh bersama, yaitu ekonomi biaya tinggi.

Dampak ekonomi biaya tinggi bagi masing-masing kelompok sangat merugikan. Bagi pengusaha, ini dapat menurunkan kualitas daya saing perusahaan terutama dalam menghadapi persaingan global. Bagi buruh, tentu menurunnya kualitas daya saing perusahaan akan berdampak kepada besaran kekuatan finansial perusahaan untuk mensejahterakan buruh.

Namun jangan kita bermimpi bahwa buruh dan pengusaha dapat "bersatu" melawan musuh besar bersama ini selama tidak terjadi sinergi. Sinergi tidak akan tercapai selama masing-masing pihak masih mengutamakan pendekatan konfliktual dibandingkan kolaboratif di dalam hubungan industrial.

Hubungan antara buruh dan pengusaha memang terlahirkan ibarat koin bermata dua. Ini berarti, hubungan antara kedua kelompok akan selalu rawan perselisihan karena perbedaan kepentingan mendasar diantara kedua belah pihak. Namun, jangan dilupakan bahwa kedua kelompok saling membutuhkan satu sama lain. Dengan demikian, perlu diciptakan kemitraan strategis dengan semangat kerjasama agar bermanfaat bagi kedua belah pihak.

Kemitraan strategis akan menciptakan hubungan industrial yang kokoh dan solid. Hubungan industrial yang kokoh dan solid dapat menjadi kekuatan penting bagi perusahaan di dalam menghadapi persaingan.

KEKELIRUAN SERIKAT PEKERJA DAN PENGUSAHA

Hal yang seringkali mempersulit terciptanya kemitraan strategis, adalah buruh (diwakili oleh serikat pekerja) dan pengusaha seringkali keliru dalam bersikap. Kekeliruan sikap ini adalah akar mengapa hubungan industrial seringkali bersifat konfliktual dan tidak harmonis.

Berikut adalah "sikap-sikap" umum yang seringkali keliru dari serikat pekerja:


  • Terlalu berpihak kepada kepentingan anggota
  • Prejudice atau berprasangka buruk terhadap perusahaan
  • Tidak memiliki program jelas untuk meningkatkan kualitas pengetahuan dan produktifitas anggotanya
  • Kurang menyadari tujuan utama dibentuknya perusahaan
  • Intervensi dari pihak luar cenderung semakin memperburuk permasalahan


Berikut adalah "sikap-sikap" umum yang seringkali keliru dari pengusaha:


  • Prejudice atau berprasangka buruk terhadap SP
  • Bersikap arogan dan tidak transparan terutama dalam hal keuangan
  • Kurang mengetahui cara terbaik dalam menghadapi SP
  • Tidak membina dan menjalin komunikasi efektif dengan SP
  • Kurang bisa berempati kepada pekerja


Sikap-sikap keliru itulah yang seringkali ditemui penulis selama bekerja di beberapa perusahaan. Dari sekian sikap tersebut, yang menjadi inti permasalahan adalah sikap prejudice (berprasangka buruk).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline