Lihat ke Halaman Asli

Titi Waluyanti

Butiran debu

Memaknai Maulid Nabi 2021: Bermedia Sosial Secara Bijak

Diperbarui: 19 Oktober 2021   16:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi Bermedia Sosial (sumber: pixabay.com)

Pada dasarnya, manusia sebagai makhluk sempurna karena mempunyai akal dan berbudi bahasa. Oleh sebab itu, selayaknya setiap manusia sebagai makhluk berakal dan berbudi bahasa selalu berusaha menjadikan dirinya lebih baik, baik dalam hal perkataan maupun perbuatan.

Pada era digital ini, memang tidak bisa disangkal bahwa kita dengan mudah mengekspresikan isi hati atau pikiran melalui media sosial. Banyak media sosial yang memfasilitasi kita untuk melakukan itu. Terserah kita mau menggunakan media yang mana.

Kita perlu mengingat filosofi Jawa yang mengatakan "Ajining diri saka lathi".  Ajining diri berarti harga diri, saka lathi berarti dari dari bibir. Bibir di sini bermakna ucapan. 

Jadi, "Ajining diri saka lathi" bermakna harga diri seseorang dari ucapannya.  Dari filosofi itu kita diingatkan untuk berbicara yang baik-baik sehingga harga diri dan kehormatan kita terjaga.

Perkataan yang keluar dari mulut seseorang menunjukkan kualitas diri seseorang itu. Jika perkataannya baik, menunjukkan bahwa orang itu baik. Begitu sebaliknya.

Perkataan yang baik biasanya akan membawa kebaikan dan kedamaian bagi yang mendengarnya. Perselisihan dan pertengkaran bisa dihindarkan dalam kehidupan bermasyarakat.

Dalam hadits, Rasulullah SAW bersabda, "Keselamatan manusia tergantung pada kemampuannya menjaga lisan." (HR. Bukhari)

Pada era digital, yang bisa bicara tidak hanya mulut, namun jari jemari kita juga.  Kalau tidak bijak mengolah rasa dan kata,  jari jemari bisa mengubah kedamaian dan ketenteraman menjadi perselisihan dan perseteruan antarpribadi, golongan, dan masyarakat, yang barangkali tidak diinginkan.

Alangkah bijak jika sebelum jari jemari menari di atas keyboard, kita pikirkan dahulu perkataan yang akan kita ucapkan atau tuliskan, kita olah dahulu menjadi perkataan yang enak dicerna, kita perhitungkan dampak yang akan timbul dari perkataan itu.

Dalam hadits, Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, hendaklah ia mengucapkan perkataan yang benar atau (lebih baik) diam, ...." (HR. Bukhari-Muslim).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline