Lihat ke Halaman Asli

Cinta Pertama Kandas di Tangan Ayah

Diperbarui: 25 Juni 2015   19:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13288934361316911773

Hmm..Februari, orang bilang bulan penuh cinta. padahal kalo dipikir tidak hanya di bulan februari saja kita bisa berbagi cinta kasih. Ah kembali ke topik neh sebelum jauh melantur kemana mana :)

Sebenarnya ini hanyalah sebuah kisah klasik yang pernah jadi bagian hidup saya brtahun tahun yang lalu. Kala itu saya masih fresh graduate dari diploma saya dan langsung bekerja di sebuah perusahaan swasta di Bali. Disinilah awal crita dimulai. Satu tahun pertama dapat sy lalui dengan lancar, karena lingkungan kerja yang menyenangkan, teman yg masih muda muda, energik, bener2 lingkungan kerja yang ideal buat saya yang pertama kali baru bekerja.

Bisa dibayangkan dong, namanya juga kerja di Bali pasti mayoritas pegawainya banyak org balinya dong. Teman2 dari jawa mungkin tidak genap jumlahnya jika dihitung dengan jari tangan, menandakan betapa minoritasnya kita disini. Hmm berbelit ngga sih cerita saya? Maklum penulis amatiran. Hehe…back to Topic …Banyak hal yang bisa saya dapat sih dari lingkungan kerja yang seperti ini, kita jadi terbiasa diajarkan secara tidak langsung untuk saling menghormati dan menghargai apa itu sebuah perbedaan. Karena kalo semuanya sama tentu tidaklah akan indah, dan perbedaan itu ada untuk saling melengkapi bukan untuk saling membenci. Satu contoh nyata yang membuat perbedaan itu terasa indah kala malam menjelang, kita tinggal di mess yang disediakan oleh perusahaan. Menjelang maghrib kerukunan dan kedamaian dari perbedaan itu selalu bisa kita nikmati bersama, lebih tepatnya pada saati kita beribadah. Dalam 1 mess ada penganut hindu, ada teman yang protestan dan saya sendiri yg muslim. Kala maghrib datang, kita sibuk dgn aktivitas masing2 berserah kepadaNYA dengan cara kita sendiri dan dalam 1 kamar. Saya pastinya sholat lengkap dengan mukena dan sajadah, teman saya yg protestan berdoa dengan  yg kalo tidak salah dengan puji2an seperti org berrsenandung, dan yang beragama hindu sudah pasti dia menyembah lepada Dewa nya dgn menggunakan dupa dan aneka bunga. Sungguh kedamaian dalam keberagaman walapun hanya lingkup yg Sangat kecil *alangkah indahnya jika negara kitapun umatnya bisa hidup damai berdampingan dengan siapapun. *nah lho nglantur lagi saya

Kapan critanya dimulai ya? Prolognya kepanjangan deh kayaknya…hehe…maaf ya teman teman. Dan akhirnya saya pun kenal seseorang yang juga satu teman kerja dengan saya, dia orang bali asli lho, hehe..emangnya ada yang palsu ya? Namanya juga tiap hari ketemu dan dia orangnya memang pintar menarik perhatian saya, baik ke saya, intinya bisa membuat saya tersenyum setiap harinya. *haha,..lebay ga sih?  Dari situlah muncul rasa ser- ser itu dihati, berawal dari rasa suka ke rasa cinta. Padahal dari awal logika dan hati saya sudah mengingatkan bahwa perasaan ini tidak akan berujung bahagia. Kira2 bisa ditebak ngga, karena apa? Tapi begitulah…orang bilang love is blind dan saya pun juga jadi benar2 membutakan mata hati dan telinga saya dengan hubungan ini. Kalo sudah seperti ini, anjing menggonggong kafilah berlalu. Haha...sadis banget ya. Dunia indah serasa hanya milik kita berdua.

Nah lambat laun hubungan saya pun tercium dengan wangi oleh orang tua saya. Waduh........bahaya nih. Karena secara tidak langsung sayan sudah melanggar amanatnya, untuk tidak menjalin hubungan cinta dengan orang yang beda agama. Itu prinsip dari ayah saya, kalo beteman dan bergaul boleh dengan siapa saja. Tapi kalo untuk menikah harus dengan yang seiman. Wah sakleq juga ya ayah saya, padahal kalo dipikir waktu itu anaknya kan Cuma pacaran, belum tentu juga bakal menikah, haha...namanya juga ketakutan orang tua. Tapi sebenarnya dalam hati waktu itu sempat berfikir kenapa ya dia tidak seiman dengan saya, karena dia benar2 laki2 tipe saya banget. Wow..tinggi, pintar, cakep, baik, jujur, romantis. Hmmm..selalu menyenangkan bila bersamanya. Tapi ternyata keindahan cinta itu ga berlangsung lama, karena ayah tiba2 memintaku untuk pulang cuti sebentar ke kampung halaman. Saya tidak berprasangka buruk sama sekali, yg ada dalam pikiran saya hanya ” ah mungkin ortu saya kangen karena mmng sudah lama tidak pulang kerumah ”

Akhirnya hari itupun tiba, dan ternyata teman-teman saya dihadapkan pada sidang keluarga. Dienggggggg...ngga nyangka banget kan. Dan yang lebih mengangetkan topiknya tentang saya yang lagi pacaran sama cowok bali. Jiahhhh, kayak ga ada hal lain lagi apa ya yang disidangkan. mulailah mereka mencecar dengan berbagai pertanyaan, kenal dimana, dia anak mana, bener bener suka ngga sama dia, ortunya bagaimana. Komplet deh spesial pake telur.  Saya sih Cuma cengar cengir aja menganggap enteng masalah ini, saya bilang saya suka dia cinta dia dan berharap bisa menikah dengan dia. Hwaaaaaaaaaaaaa.....ayah saya langsung berdiri dari duduknya dan kelihatan gusar dengan jawaban saya. Setelah agak tenang ayah kembali duduk dan mulai menasehati saya, untuk berpikir ulang dengan perasaan saya terhadap si dia. Dan kembali mengingatkan prinsip si ayah yang selalu menyarankan anaknya untuk menikah dengan orang yang seiman. Tapi namanya udah cinta kali yeeeeee, hati saya sama sekali ga tersentuh dengan omongan2 ayah. Saya tetep bilang saya cinta dia. Mungkin saking jengkelnya akhirnya ayah mengeluarkan jurus pamungkasnya *jadi kayak main silat aja. Beliau bilang, ya sudah kalo memang itu sudah jadi keputusannya..ayah juga punya keputusan buat kamu. Kalo kamu ttp akan meneruskan hubungan cinta dengan dia apalagi kelak sampai menikah jangan harap ayah akan merestui kalian, dan ayah anggap kamu sudah keluar dari keluarga ini. Tercoret dari daftar keluarga ini. Sekarang terserah kamu, ”pilih dia atau keluarga” hiksssssssss...hiksssssssssssss...langsung nangis bombay lah saya diultimatum sperti itu. Teman2 pasti sudah bisa tau kan apa pilihan saya. Cinta pertama yang tidak happy ending ^^

NB : cerita ini tdk bermaksud membeda-bedakan sebuah agama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline