Lihat ke Halaman Asli

Titis Mutiara

Airlangga University

Peran Kesehatan Masyarakat dalam Menanggulangi Demam Berdarah

Diperbarui: 16 September 2024   23:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Menurut Sari, R.K et al (2022), penyebaran DBD di Indonesia sangat dipengaruhi oleh mobilitas penduduk, kepadatan penduduk, dan kondisi lingkungan seperti keberadaan wadah/tempat buatan atau alami di tempat pembuangan sampah atau tempat sampah lainnya. Munculnya DBD juga dipengaruhi beberapa faktor, seperti rendahnya status kekebalan kelompok masyarakat dan kepadatan populasi nyamuk penular karena banyak tempat perindukan nyamuk yang biasanya terjadi pada musim penghujan (Rizqi et al, 2018).

            Di Indonesia sendiri, DBD masih menjadi salah satu penyakit endemik yang mengancam kesehatan masyarakat. Tentu saja hal itu akan menjadi perhatian penting bagi pemerintah kesehatan. Di sinilah petugas kesehatan masyarakat berperan, berbagai hal dilakukan untuk menanggulangi dan melakukan pencegahan agar virusnya tidak semakin tersebar di masyarakat.

            Pertama, pencegahan dan edukasi. Petugas kesehatan masyarakat harus aktif dalam melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang bahaya DBD, pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, dan cara menerapkan langkah preventif seperti pengggunaan repelan nyamuk dan pemasangan jaring anti nyamuk di tempat tidur. Selain itu, edukasi mengenai cara mengurangi tempat berkembang biaknya nyamuk, seperti menutup wadah -- wadah penampungan air dan mengelola limbah rumah tangga dengan baik . Dengan adanya sosialisasi dan edukasi ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya virus DBD.

            Kedua, dilakukannya penyemprotan (fogging focus), larvasidasi dan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Ketiganya dapat melibatkan masyarakat secara langsung meskipun nantinya akan dibentuk tenaga jumantik. Peran jumantik ini sangat penting dalam sistem kewaspadaan dini mewabahnya DBD karena berfungsi untuk memantau keberadaan dan menghambat perkembangan awal vektor penular DBD (Diana A.P, 2012). Dengan adanya kerja sama antara masyarakat dengan gerakan tenaga jumantik ini diharapkan dapat menurunkan angka kasus DBD.

            Ketiga, monitoring. Misalnya pada kasus DBD yang ada di RW 04 Wilayah Kelurahan Mangunjiwan Kecamatan Demak Kabupaten Demak pada jurnal Rizqi F. (2018). Pada jurnal tersebut dijelaskan tentang monitoring jentik nyamuk. Setiap rumah diberi buku saku yang berisi semua informasi tentang Demam Berdarah Dengue. Selain buku saku, setiap rumah juga diberi rapor untuk memberi nilai praktik PSN DBD, yaitu dengan mengecek kontainer (tempat penampungan air) di lingkungan rumah. Jika terdapat jentik diberi keterangan (+) dan jika tidak terdapat jentik diberi keterangan (-) pada tabel kontainer. Setiap seminggu sekali, peneliti akan memonitoring dan memberi nilai pada rapor.

            Dapat dilihat secara keseluruhan, peran tenaga kesehatan masyarakat dalam penanggulangan DBD sangat luas dan melibatkan berbagai aspek mulai dari pencegahan, penanganan, hingga monitoring keberlanjutan. Dengan kerja sama yang baik antara berbagai pihak, terutama masyarakat itu sendiri, diharapkan DBD dapat dikendalikan dengan lebih efektif dan mengurangi dampak penyakit terhadap kesehatan masyarakat.

KATA KUNCI: Dengue, Masyarakat, Penanggulangan

DAFTAR PUSTAKA:

Farasari, dkk., 2018. Model buku saku dan rapor pemantauan jentik dalam meningkatkan perilaku pemberantasan sarang nyamuk. Journal of  Health Education, 3(2), 110-117.

Pratamawati, D.A., 2012. Peran juru pantau jentik dalam sistem kewaspadaan dini demam berdarah dengue di Indonesia. Kesmas, 6(6), 243-248.

Sari, dkk, 2022. Pemberdayaan Masyarakat dalam Upaya Pencegahan Demam Berdarah Dengue DBD di Puskesmas Karangdoro. Jurnal ABDIMAS-KU: Jurnal Pengabdian Masyarakat Kedokteran, 1(1), 25.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline