Lihat ke Halaman Asli

Keren! Mahasiswa UNNES GIAT 5 Desa Sewaka Antusias Belajar Warisan Budaya Lokal

Diperbarui: 27 Agustus 2023   00:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok Sie. Dokumentasi Giat 5 Desa Sewaka

Kuliah Kerja Nyata atau sekarang lebih dikenal dengn istilah UNNES GIAT yang mana kegiatan ini diselenggarakan oleh Pusat Pengembangan Kuliah Kerja Nyata LPPM Unniversitas Negeri Semarang. Kegiatan ini memiliki tagline “Bersama UNNES GIAT, membangun Indonesia dari desa”, dengan disebarnya mahasiswa-mahasiswi kepelosok desa. Diharapkan mahasiswa mampu memiliki kepedulian sosial dan dapat berkontribusi untuk memenfaatkan ilmu pengetahuan,teknologi, dan keterampilan  yang dimilikinya. Serta memberikan pengalaman untuk hidup di tengah masyarakat sehingga dapat mengidentifikasi potensi dan menganalisis masalah di masyarat. Serta merancang solusi untuk masalah yang ada termasuk mengembangkan potensi yang ada di desa.

Desa sewaka merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan pemalang yang masyarakatnya kebanyakan bermata pencaharian sebagai petani padi dan sisanya bermata pencaharian sebagai tukang bangunan, wirausaha, pelaku UMKM, dan pekerja kantoran. Desa sewaka juga memiliki sanggar seni yanga mana menjadi perhatian mahasiswa Giat 5 UNNES untuk menilik bagaimana kegiatan kesenian tersebut berjalan. Kegiatan ini diwujudkan dalam bentuk program kerja kunjungan home industri dan yang mana menjadi wadah bagi mahasiswa unnes untuk lebih dekat mengenal kesenian yang ada di desa tersebut. Bertempat di sanggar kaloka, mahasiswa unnes dikenalkan langsung oleh Bapak Koestoro dan Bapak Koesnendi selaku pendiri sanggar kaloka tentang karawitan. Tak hanya karawitan bahkan tarian ciri khas pemalang yang biasa disebut tari selendang pemalang juga turut dikenalkan.

Mulai dari bagaimana iringan gendhingnya serta penjelasana singkat asal usul gerakannya yang diambil dari berbagai ciri khas gerak tarian dari nusantara. Berdasarkan penjelasan dari pemilik sanggar bahwasanya minat pemuda-pemudi di desa tidaklah banyak yang ingin mempelajari bahkan mengenal kesenian itu sendiri. Padahal kesenian ini merupakan warisan budaya yang harus dilestarikan agar tak tergerus zaman. Hal tersebut memicu antusias mahasiswa unnes untuk mengenal kesenian lebih dalam lagi melalui sanggar kaloka yang diwujudkan dengan mengadakan latihan sebanyak 2 kali seminggu selama masa periode Giat 5. Dengan harapan dapat menarik masyarakat terutama muda-mudi untuk ikut serta melestarikan kesenian tersebut supaya dapat diteruskan ke generasi selanjutnya.

Latihan diadakan setiap hari jumat mulai jam 13.40 – 16.00 WIB diisi dengan latihan karawitan bertempat di desa Paduraksa. Hari sabtu malam mulai jam 20.00 – 21.30 WIB diisi dengan kegiatan latihan menari tarian selendang pemalang. Menariknya ada beberapa gendhing yang diajarakan kepada mahasiswa UNNES giat diantaranya; gangsaran, lancaran manyar sewu, lancaran slendang pemalang, lancaran bendrong dan lancaran tembang gajah-gajah. Dalam gendhing ada istilah nada yang disebut pelok dan selendro. Kedua jenis nada tersebut masuk kedalam tangga nada petatonik yang merupakan tanda nada yang menggunakan lima nada pokok. Kedua jenis nada tersebut akan terdengar jelas perbedaanya ketika dimainkan dengan musik karena pelog dan slendro memiliki susunan jarak nada dan ciri yang berbeda.

Mengenal rasa dan nada dalam gendhing dapat membantu mempermudah mempelajari setiap gerak tari selendang pemalang. Walaupun gerak dalam tari ini diakui cukup membingungkan sebab perpaduan setiap gerak yang diambil dari berbagai tarian nusantara. Namun mempelajarinya tidaklah sesulit yang dibayangkan, berkat tutor yang baik yang ditangani oleh Bapak Koenendi sendiri tarian tersebut dapat dikuasai. Yang pertama harus disiapkan adalah niat untuk mempelajari seni itu sendiri, bila tidak timbul sedniri atau dengan kata lain karena paksaan maka makna dan rasa dalam seni tidak akan masuk ke dalam hati. Sebagai generasi muda yang menggandrungi seni dari negara lain, apa salahnya belajar melirik seni dalam negeri dimana Anda dilahirkan. Karena jika bukan kita siapa lagi yang akan meneruskan warisan leluhur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline