Ada yang mengatakan kalau bagi seorang atlet tempat dilaksanakannya suatu pertandingan bisa menjadi faktor pendukung performanya. Seperti Tim Sepak Bola dari Brazil yang menjadi tuan rumah Piala Dunia tahun lalu, katanya mendapat tekanan super berat dari pendukung fanatiknya dari seluruh penjuru negeri. Kalau di Jakarta, nonton badminton atau sepak bola untuk mendukung Tim Merah Putih bisa penuh totalitas karena banyaknya masa yang datang. Bagaimana rasanya mendukung atlet nasional di negeri orang yang jauh dari nusantara? Pengalaman inilah yang saya rasakan kemarin ketika menyaksikan final Denmark Open 2014 di Odense, kota terbesar ketiga di Denmark setelah Copenhagen dan Odense.
Saat ini saya sedang menempuh semester pertama di Aarhus University, perlu 1,5 jam sekali perjalanan dengan kereta atau bus menuju Odense yang berada di bagian selatan Denmark. Dua pasang ganda putra dari Indonesia baik Markus-Kido maupun Ahsan-Hendra gagal memperoleh tiket ke semifinal. Sampai akhirnya partai semifinal tiba, ganda campuran Liliyana Natsir dan Tontowi Ahmad yang harus berhadapan dengan rekan satu negara Riky dan Richi setelah kedua pasangan tersebut sama-sama mengalahkan ganda campuran dari tuan rumah. Artinya hanya ada satu pasangan ganda campuran yang akan merebut tiket final dan itu adalah Ahmad-Natsir seperti tahun sebelumnya.
Tanpa mengindahkan cuaca yang tidak bersahabat seminggu terakhir, saya berangkat hari Minggu pagi untuk menonton final Denmark Open 2014. Tiba di Odense disambut hujan lebat dan agak bingung berhubung harus ganti bus kota sampai dua kali sampai Idrætspark. Final ganda putri antara Cina dan Jepang saya lewatkan. Saya tiba di lokasi tepat ketika ganda campuran dari Indonesia siap bertanding dengan pasangan dari Cina yaitu Xu-Ma. Mereka berdua sudah pernah bertemu di Asian Games beberapa waktu lalu dan Indonesia berhasil membawa pulang piala. Set pertama pasangan Cina unggul tipis dengan skor 22-20. Ternyata kemenangan ini memberi energi lebih bagi mereka, set kedua berjalan berat bagi ganda campuran Indonesia. Apalagi ketika Xu memberikan smash berulang kali ke arah Tontowi di titik yang sama sampai ia tidak mampu menghalau. Akhir pertandingan, saya dan segelintir WNI yang menonton pertandingan memberi hormat atas perjuangan Ahmad-Natsir sehingga berada di podium kedua.
Saya masih mengikuti pertandingan selanjutnya meski tidak ada perwakilan Indonesia. Pertandingan paling seru yang saya nikmati hari itu adalah tunggal putra antara Chen Long dari Cina dan Son Wan Ho dari Korea Selatan. Set pertama berlangsung selama 46 menit, set selanjutnya Chen memastikan menjadi juara setelah menaklukkan lawannya selama lebih dari 40 menit dengan skor akhir 25-23. Pada awal set terlihat selisih poin antara keduanya cukup jauh, kemudian saling menyusul satu sama lain sehingga permainan terasa lebih menegangkan.
Final ditutup dengan perebutan juara ganda putra antara Cina dan Korea Selatan. Pendukung badminton Indonesia selalu mengalami kegalauan kalau sudah melihat aksi Lee Yong Dae yang berwajah seperti artis K-Pop satu ini. Berhubung lagi-lagi pasangan Lee-Yoo ini menggagalkan Markus-Kido masuk semifinal jadi sebetulnya saya agak kesal melihatnya. Apa mau dikata memang permainan ganda putra peringkat pertama dunia ini patut diacungi jempol. Sayangnya pada laga terakhir ini, Lee-Yoo pun tidak bisa membendung lawannya. Tempo permainan yang cepat dan semakin menegangkan apalagi pada set kedua Lee-Yoo terus menyamakan poin. Pertandingan ditutup dengan skor 25-23 untuk Cina, sebuah sejarah baru untuk pasangan ganda putra yang tidak diunggulkan awalnya. Jadilah Cina pulang dengan menngantongi seluruh piala juara, hebat!
Denmark Open 2014 sudah selesai, usut punya usut ternyata pertandingannya tidak disiarkan langsung oleh stasiun TV di Indonesia. Kemarin tanggal 19 Oktober 2014 bertepatan dengan pengangkatan sumpah Presiden dan Wakil Presiden RI 2014 di Jakarta, Tim Ganda Campuran Indonesia kembali mengukir kejuaraan di ajang internasional. Semoga di masa yang akan datang ada kesempatan untuk saya bisa menyaksikan pertandingan lainnya dan mendukung Tim Merah Putih di liga ternama lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H