Lihat ke Halaman Asli

Titip Elyas

Pengajar, pendakwah, wartawan, penulis, wirausahawan muda, dan bisnisman

Mengapa Kita Merasakan Kesedihan yang Mendalam?

Diperbarui: 22 Juni 2024   14:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi gambar dari Maulida Ayu

Patah hati adalah salah satu pengalaman emosional paling menyakitkan yang dapat dialami seseorang. Ketika mengalami patah hati, perasaan kehilangan, kekecewaan, dan kesedihan yang mendalam sering kali tidak dapat dihindari. Namun, tahukah Anda bahwa ada penjelasan ilmiah yang mendasari fenomena ini? Berikut adalah ulasan tentang patah hati dari perspektif sains dan kesehatan.

Patah Hati dan Respons Fisik

Penulis artikel sains dan kesehatan, Florence Williams, merasakan patah hati yang luar biasa setelah suaminya meninggalkannya setelah lebih dari 25 tahun bersama. Ia menggambarkan perasaannya seperti cedera otak, tidak bisa tidur dan merasa sangat gelisah. Hal ini menunjukkan adanya korelasi antara rasa sakit emosional dan reaksi fisik dalam tubuh kita.

Ilmuwan telah mempelajari bahwa jatuh cinta merangsang otak untuk memproduksi hormon stres sebagai respons alami terhadap perasaan cinta. Ketika kehilangan pasangan, otak kita merespons dengan meningkatkan kadar kortisol, hormon stres yang menyebabkan perasaan gelisah dan tidak aman. Sistem saraf kita merasa terancam saat kita berada dalam kondisi sosial yang mendalam, sehingga memicu reaksi fisik yang kuat.

Sinkronisasi Tubuh dengan Pasangan

Ketika seseorang memiliki hubungan yang erat dengan pasangannya, tubuh mereka dapat menyinkronkan detak jantung, kadar kortisol, dan bahkan gelombang otak. Ketika pasangan pergi, ketidakseimbangan ini dirasakan oleh tubuh, sehingga patah hati juga dapat dirasakan secara fisik.

Penyakit Hati yang Sebenarnya

Patah hati juga dapat memicu kondisi medis yang nyata, seperti "kardiomiopati takotsubo". Kondisi ini terjadi akibat peristiwa traumatis seperti perceraian atau kehilangan orang yang dicintai, yang menyebabkan bentuk jantung berubah dan menyerupai serangan jantung. Hal ini sering terjadi pada wanita pascamenopause yang mengalami tekanan emosional besar.

Musim Patah Hati

Menariknya, ada musim tertentu yang sering dikaitkan dengan peningkatan patah hati. Menurut laman Life, musim semi sering disebut sebagai "musim patah hati" karena pada musim ini, orang cenderung memutuskan hubungan mereka, meningkatkan risiko patah hati.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline