Lihat ke Halaman Asli

Titip Elyas

Pengajar, pendakwah, wartawan, penulis, wirausahawan muda, dan bisnisman

Pertemuan Berkesan dengan Tuo Feriantoni Tuanku Bagindo Basa

Diperbarui: 7 Juni 2024   17:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Titip Elyas Tuanku Sulaiman bersama Tuo Feriantoni Tuanku Bagindo Basa (Dok. pribadi)

Penulis : Titip Elyas Tuanku Sulaiman, S.Pd, C.CT.

Malam itu, senin pukul 20.35 WIB, suasana di warung kopi korong Kapuah nagari Gadur terasa lebih hangat dari biasanya. Hembusan angin malam yang sejuk dan aroma khas kopi yang menyebar di udara seolah mengiringi pertemuan saya dengan seorang senior yang sangat saya hormati, Feriantoni Tuanku Bagindo Basa, yang akrab saya panggil Tuo.

Setibanya di warung kopi, saya melihat Tuo Feriantoni sudah menunggu di salah satu sudut meja. Senyum ramahnya yang tulus langsung menyambut kedatangan saya. Sebelum memulai perbincangan malam itu, kami sempat berfoto selfie bersama menggunakan handphone saya. Sebuah momen sederhana namun penuh makna untuk diabadikan.

Tuo Feriantoni adalah seorang alumni Pondok Pesantren Madrasatul 'Ulum Lubuak Pua angkatan 2007. Sosok yang saya kenal sebagai seorang sederhana dan bersahaja. Meski sekarang dia telah berkeluarga dan harus berjuang mencari nafkah sebagai buruh tani dan penggali pasir di desa Kapuah, semangat dan ketabahannya dalam menjalani hidup sangat menginspirasi saya. Tidak pernah sekalipun saya mendengar keluhan keluar dari mulutnya. Semua dilakukan dengan penuh kesabaran dan keikhlasan demi keluarga tercintanya.

Di meja kami, dua cangkir teh Talua yang baru saja dihidangkan oleh pelayan warung tampak berasap, menandakan kesegaran dan kehangatan minuman khas Minang tersebut. Kami pun mulai menikmati teh Talua yang nikmat sembari menyantap kuaci, cemilan yang pas untuk menemani obrolan malam itu.

Perbincangan kami dimulai dari mengenang masa-masa di pondok pesantren. Tuo Feriantoni menceritakan bagaimana masa-masa sulit saat dia menimba ilmu dulu, di mana segala keterbatasan tidak menjadi penghalang untuk terus belajar dan berusaha. "Terkadang, dalam kesulitan itulah kita menemukan kekuatan yang sebenarnya," ujarnya sambil menyeruput teh Talua.

Saya mendengarkan dengan penuh antusias, terinspirasi oleh cerita-cerita perjuangannya. Tidak hanya tentang masa lalu, Tuo Feriantoni juga berbagi pandangannya tentang kehidupan saat ini. Meski kehidupannya sebagai buruh tani dan penggali pasir tidaklah mudah, dia tetap bersyukur dan menjalani setiap hari dengan penuh semangat. "Yang penting adalah keikhlasan dan ketulusan hati. Dengan itu, Allah pasti akan memberikan jalan," katanya dengan senyum bijaknya.

Malam semakin larut, namun perbincangan kami tidak kehilangan kehangatan. Sambil menikmati sisa teh Talua dan mengunyah kuaci, saya merasa pertemuan ini memberikan banyak pelajaran berharga tentang hidup dan perjuangan. Tuo Feriantoni, dengan segala kesederhanaannya, telah menunjukkan bahwa keteguhan hati dan kesabaran adalah kunci untuk menghadapi segala tantangan hidup.

Ketika waktu menunjukkan sudah hampir tengah malam, kami pun mengakhiri pertemuan tersebut. Saya merasa sangat bersyukur dapat berbincang dengan Tuo Feriantoni malam itu. Sebelum berpisah, saya menatap kembali foto selfie kami, sebuah kenang-kenangan yang akan selalu mengingatkan saya pada malam penuh inspirasi di warung kopi korong Kapuah nagari Gadur.

Pertemuan singkat namun bermakna ini, saya yakin, akan terus terpatri dalam ingatan dan menjadi bekal berharga dalam menjalani kehidupan. Terima kasih, Tuo Feriantoni, atas kebijaksanaan dan inspirasinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline