Lihat ke Halaman Asli

Peran Perawat Dalam Mentalqin Pasien Muslim yang Hendak Sakaratul Maut Dalam Upaya Mencapai Husnul Khotimah

Diperbarui: 4 Juni 2024   04:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hidup adalah sebuah perjalanan. layaknya perjalanan ada yang ditempuh dalam waktu singkat, dan ada yang panjang. Perjalanan yang penuh dengan perjuangan, harapan, dan naik turun antara kesenangan dan kesedihan. Semua telah diatur oleh Sang Maha Pengatur kehidupan. Tapi satu hal yang pasti, di setiap perjalanan pasti ada akhir yang menjadi tujuan. Akhir dari perjalanan hidup yang damai adalah sebuah keinginan yang diharapkan setiap orang.

Pemahaman tentang keinginan akan akhir hidup yang damai sejalan dengan teori keperawatan Peacefull End of  Life yang dikemukakan oleh Ruland dan Moore. Dalam teorinya, Ruland dan Moore berfokus pada upaya menciptakan pengalaman akhir hidup yang damai dan bermakna. 

Ada lima konsep utama dalam teori Ruland dan Moore, yaitu tidak merasakan sakit (not being pain), merasa nyaman (experience of comfort), dihargai dan dihormati (experience of dignity and respect), merasa damai (being at peace), dan dekat dengan orang lain (closeness to significant others). Konsep-konsep tersebut bertujuan untuk menciptakan akhir dari perjalan hidup yang indah (Alligood, 2014)

Dalam ajaran agama islam, tujuan akhir dari perjalanan hidup bukan sekedar mencapai damai, tapi juga baik secara agama. Akhir hidup menuju kematian dikenal dengan istilah sakaratul maut dan sakaratul maut yang baik disebut dengan husnul khotimah. Sakaratul maut yang husnul khotimah salah satunya dengan mengucapkan kalimat syahadat yaitu laa ilaha illallah. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda dalam hadits riwayat Abu Daud bahwa "Barang siapa yang akhir perkataannya adalah laa ilaha illallah maka ia akan masuk surga".

Hadits ini dikatakan shahih oleh Syaikh Al Albani dalam Misykatul Mashobih no.1621. Untuk seseorang dapat mengucapkan kalimat syahadat saat sakaratul maut, perlu dibimbing atau dituntun oleh orang-orang di sekitarnya. Proses penuntunan untuk mengucapkan syahadat ini disebut dengan talqin. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda "Talqinkanlah (tuntunkanlah) orang yang akan meninggal di antara kalian dengan bacaan laa ilaha illallah" (HR Muslim no.2162).

Perawat sebagai tenaga kesehatan yang selalu berada di dekat pasien dapat berperan dalam mentalqin pasien yang sedang menghadapi sakaratul maut. Ini memungkinkan karena perawat memiliki nilai-nilai profesionalisme terutama altruisme.  Berdasarkan informasi terbaru dari American Nurse Association tahun 2023 ada sembilan nilai profesionalisme keperawatan yaitu altruisme, integritas, kebaikan, keadilan, otonomi, profesionalisme, kepemimpinan, kolaborasi, dan inovasi (ANA, 2023). Nilai altruisme dapat mendorong perawat untuk mentalqin pasien agar lisannya dapat mengucapkan syahadat. Karena dalam nilai altruisme terdapat rasa empati, kasih sayang, kepedulian, dan rasa ingin menolong terhadap pasien (Berman, et al., 2016)

Mentalqin pasien harus dilakukan oleh perawat muslim dan kepada pasien muslim. Jika perawat atau pasien memiliki keyakinan yang berbeda maka implementasi talqin tidak bisa dilakukan. Hal ini dikarenakan kalimat syahadat merupakan kalimat tauhid sebagai penghambaan hanya kepada Allah tanpa adanya keraguan sedikitpun dan hanya Allah yang patut diibadahi. Proses mentalqin dilakukan dengan mengucapkan kalimat syahadat di dekat telinga pasien yang sakaratul maut secara berulang-ulang. 

Tujuannya agar pasien dapat mendengar lalu mengikuti tuntunan dan bimbingan. Dan pada akhirnya mengucapkan syahadat dengan lisannya. Jika pasien telah mengucapkan syahadat, maka jangan ada ucapan lain lagi di dekat pasien. Agar syahadat benar-benat menjadi kalimat terakhir dalam hidupnya. Jika pasien mengucapkan kata yang lain lagi, maka bimbing lagi. Terus begitu hingga akhir hidupnya. Begitu luar biasa ganjaran bagi orang yang akhir dari hidupnya ditutup dengan kalimat syahadat. Namun perlu diingat, semuanya atas izin Allah dan dengan memenuhi syarat-syarat-Nya. (Rumaysho.com, 2024).

Dalam pandangan masyarakat luas, peran perawat mungkin hanya sebatas tentang memberikan perawatan kepada fisik, jiwa, ataupun kesehatan pasien secara umum. Tapi nyatanya, jauh lebih besar daripada itu. Perawat dapat menjadi penolong dan penuntun bagi yang hendak sakaratul maut. Sebuah peran besar untuk menolong saudara sesama muslim agar termasuk ke dalam golongan orang-orang yang husnul khotimah.

REFERENSI

Alligood, M. R,. (2014). Nursing Theorists and Their Work.  (6th. ed). Elsevier

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline