Lihat ke Halaman Asli

Mengapa Aku harus Jalan Kaki?

Diperbarui: 24 Juni 2015   12:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13704368072065596894

[caption id="attachment_265765" align="alignleft" width="300" caption="doc pribadi"][/caption]

Kebanyakan orang yang kuberi tahu akan terkejut: bahwa aku selalu pulang dari kampus berjalan kaki dari fakultas sampai indekos. Jarak antara kedua tempat itu mungkin 500 meter (ini hanya perkiraanku) dan kalau ditempuh berjalan kaki akan memakan waktu sekitar 20 menitan.

Reaksi heran itu menurutku agak berlebihan. Memangnya apa yang salah? Sejauh ini, aku tidak punya alasan untuk tidak melakukannya. Aku menyukainya. Menyusuri jalan yang tidak ramai, melewati pemukiman, dan merasakan sinar matahari sore dengan intensintasnya rendah;  aku sungguh menikmatinya. Saban hari, aku melewati seorang wanita yang memancing ikan di rawa. Yaa, itu aneh.  Tapi aku suka memikirkannya. Ada perasaan bahagia ketika mendapati seorang lelaki ubanan pulang dari mesjid pada suatu sore yang gerimis. Dia mengingatkanku pada ayahku.  Juga, adalah momen yang sangat menggembirakan melihat bocah-bocah berlarian menyemarakkan musim layang-layang. Dan pada intinya, menurutku, kita lebih bisa merasakan banyak hal yang biasa terlewatkan oleh ritme kehidupan masyarakat urban dengan kebiasaan yang satu ini.

Sungguh, jalan kaki sepulang kampus itu menyenangkan. Lagipula, tubuh kita yang amat jarang diberi kesempatan untuk berolaharaga ini punya hak digerakkan, daripada sekadar duduk di depan TV atau bermain dengan gadget seharian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline