Lihat ke Halaman Asli

Titi mahargyaningrum

Clinical Psycholgist, Handwriting analis, talent mapping, terapis, Psikoterapist, coaching, counsellor

Amankah Gadget untuk Tumbuh Kembang Anak?

Diperbarui: 11 Oktober 2020   14:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Di era milenial ini, perkembangan tehnologi semakin lama semakin berkembang. Tidak dipungkiri lagi, bahwa gadget sudah merambah di setiap kalangan. Pengguna gadget tidak hanya kalangan orang dewasa saja bahkan anak-anakpun sudah familiar dalam penggunaan gadget tersebut. Menurut survey E-marketer, Pengguna gadget meningkat secara signifikan di Indonesia dan diprediksi masuk empat besar pengguna populasi terbesar di dunia pada tahun 2016 (sumber id.korantempo.com,2015)

Dengan maraknya penggunaan gadget ini menyebabkan orang tua kurang waspada terhadap dampak penggunaan gadget untuk anak-anak, akibatnya banyak orang tua yang datang berkonsultasi menanyakan tumbuh kembang anak. Mereka bertanya kenapa anak saya yang saat ini sudah berusia 2- 3 tahun belum dapat berbicara? Orang tua mengeluhkan selain belum mengeluarkan kata-kata, anak-anak kurang paham terhadap instruksi yang diberikan dan cenderung semaunya sendiri. Hasil dari wawancara dan diskusi orang tua ternyata ditemukan bahwa anak sehari-hari diberikan handphone (HP), dengan alasan supaya anak dapat duduk tenang. Pada saat anak tenang, maka orang tua dapat mengerjakan tugas mereka tanpa harus diganggu oleh kerewelan anak-anak. Hal ini lah yang membuat orang tua terlena, saking senangnya anak –anak dapat bersikap tenang membuat mereka akhirnya menjadikan HP sebagai  “OBAT “ andalan untuk mengatasi kerewelan anak. Pada saat anak-anak bermain dengan gadget (entah itu Hp, Ipad, televisi,notebook), mereka menjadi tenang bahkan seolah-olah asik dengan dunia mereka sendiri.

Pemakaian gadget yang digunakan secara terus menerus, mengakibatkan terjadinya kemunduran tumbuh kembang. Orang tua yang tadinya bangga karena anak sudah mulai familiar dan lincah dalam penggunaan HP mulai merasa kuatir dengan tumbuh kembang anak yang mulai tidak setara dengan anak seusianya. Namun sayangnya mereka, tidak segera menyadari bahwa penyebab utama dari kemunduran tumbuh kembang anak disebabkan oleh gadget.

Gangguan tumbuh kembang anak ini biasa di sebut Elektronik screen sindrom yang saya tangani muncul pertama kali di ruang praktek saya  pada bulan februari 2019. Apakah sih Elektronik screen sindrom?  Sindrom ini sebenarnya tidak hanya terjadi pada anak-anak, bahkan orang dewasapun mengalami sindrom ini. Berdasarkan hasil observasi yang saya lakukan pada anak-anak, yaitu Anak biasanya mengalami keterlambatan bicara, jikapun anak berbicara biasanya yang keluar adalah bahasa televise atau bahkan hanya menceracau (mengeluarkan kata-kata yang tidak jelas), Anak tidak memiliki atensi atau keperhatian terhadap sesuatu. Hal ini tampak pada saat diobservasi, ia mudah bosan pada hal-hal yang sifatnya real atau nyata. Anak tidak tertarik dengan permainan , ia hanya tertarik pada gadget. Ketika anak diberikan mainan edukatif, ia merengek bahkan terkadang tempentantrum atau malah berlebih sehingga ia akan tenang pada saat diberikan hp atau gadget. Anak tidak tertarik dengan orang lain, kalaupun ada minim dalam menjalin relasi social. Anak tidak mau mengikuti instruksi arahan, kalaupun mau minim.

Ciri-ciri dari gangguan perilaku yang muncul ini hampir mirip sekali dengan gangguan autism disorder. Namun ketika dilakukan observasi secara mendalam tampak ada beberapa perbedaan yaitu Anak masih mampu menunjuk yang ia inginkan, masih mampu menjalin relasi social meskipun minim dalam relasi social dan Anak cukup mau bermain peran walaupun sebagai seorang observer harus sekuat tenaga mengalihkan perhatiannya

Dengan mengetahui dampak negative karena adanya penggunaan gadget ini, maka sebaiknya orang tua mulai bijaksana dalam pemberian batasan waktu penggunaan gadget. Anak-anak pada usia golden age disarankan untuk lebih banyak dilatih meningkatkan ketrampilan social dengan lebih banyak bermain dengan teman sebaya, meningkatkan ketrampilan psikomotorik dengan melatih motorik kasar dan melatih motorik halus anak, meningkatkan ketrampilan bahasa dengan banyak menambah kosa kata dengan bercerita sebelum tidur, meningkatkan ketrampilan emosi anak dengan melakukan penundaan pada sesuatu yang dia mau. Anak harus paham bahwa tidak semua kemauannya dapat dituruti atau dipenuhi, dan melatih ketrampilan kognitif dengan menstimulasi kognisi anak sesuai dengan usianya

 Beberapa tips agar anak mulai meninggalkan kebiasaan bermain gadget :

  • Membuat peraturan pembatasan waktu untuk tidak menggunakan HP bagi siapapun entah ayah, ibu ataupun kakak. Sebaiknya buat peraturan jika tidak mendesak sekali tidak boleh menggunakan HP saat dirumah
  • Bermain bersama sehingga rasa kebersamaan menjadi lebih terasa dan anak menyukai kegiatan ini sehingga terbentuk relasi social
  • Bermain sambil belajar dengan menggunakan flash card untuk merangsang dan menambah kosa kata anak
  • Merencanakan play date yaitu bermain bersama dengan teman sebaya dengan permainan edukatif agar anak teralihkan pikirannya dari bermain gadget. Disamping itu melatih anak untuk mengenal teman dan bermain bersama teman

Dengan mulai menerapkan system bermain bersama ini, diharapkan tumbuh kembang anak menjadi semakin optimal sehingga anak menjadi lebih peka terhadap lingkungan dan keterlambatan tumbuh kembang dapat segera teratasi. Namun jika perkembangan masih belum signifikan, hendaknya segera mencari bantuan ahli seperti psikolog klinis dan dokter spesialis anak agar segera mendapatkan intervensi dini.

Usia dini adalah masa keemasan, hendaknya orang tua lebih peka dan menyadari untuk segera memberikan stimulasi yang sesuai dengan usianya. Sangat disayangkan , jika masa tersebut terlewatkan sehingga nantinya tumbuh kembang anak menjadi kurang optimal. Untuk itu disarankan orang tua segera mawas diri dan mengganti permainan anak dengan permainan edukatif sehingga tumbuh kembang anak menjadi optimal. Untuk itu perlunya orang tua lebih bijak dalam mengawasi sarana bermain anak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline