Lihat ke Halaman Asli

Stop Memberikan Uang pada Anak Jalanan

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13963517641746988501

[caption id="attachment_318046" align="aligncenter" width="448" caption="Tim Garuda Baru di Brazil. Foto: Dok TEN"][/caption]

Dengarkan lagu "I am somebody" yang menjadi theme song SCWC (Street Child World Cup). Salah satu liriknya berbunyi:Hey, I am Somebody......not just anybody

SCWC adalah salah satu ajang, di mana potensi mereka bisa diangkat dan dibesarkan. Sepakbola atau olahraga adalah salah satu dari sekian banyak potensi yang mereka miliki. Tanyakan kepada mereka apa yang mereka impikan. Menjadi pemain sepakbola hanyalah salah satunya! Mereka ingin menjadi lebih dari itu. Mereka ingin menjadi seorang pengusaha, jurnalis, fotografer, juru masak, dan impian lainnya, sama seperti anak-anak pada umumnya. Mereka perlu diberi kesempatan dan diarahkan dengan baik.

Mereka meminta perhatian dari masyarakat. Meminta perhatian dan kesempatan yang benar-benar tepat! Bukan dengan memberikan uang di jalan karena uang yang Anda berikan di jalan akan menjadi "perangkap" yang menjebak anak-anak itu turun ke jalan, dan membuatnya menjadi rentan dieksploitasi. Lihat kasus yang baru-baru ini terjadi mengenai Iqbal, bagaimana ia dieksploitasi dan mengalami kekerasan karena digunakan sebagai "mesin" pencari uang!

BERI PELUANG, BUKAN UANG!! Masyarakat punya peran penting untuk menghentikan kekerasan dan eksploitasi yang selama ini terjadi kepada anak-anak jalanan.

Berikan Perlindungan

Berikan mereka perlindungan, artinya bukan menunggu masalah terjadi, lalu bertindak, namun mencegahnya. Berhenti memberi uang secara langsung kepada anak-anak di jalan, akan membantu bertambahnya anak di jalan. Memberikan mereka kesempatan dan cara hidup yang baru akan membantu untuk mengeluarkan mereka dari kehidupan di jalan. Ini perlu keterlibatan masyarakat, ini perlu keterlibatan lembaga yang peduli pada anak, ini perlu peran pemerintah.

Departemen Sosial yang memberikan jaminan sosial kepada anak, Departemen pendidikan yang merancang program pendidikan alternatif yang sesuai kebutuhan anak, Departemen Hukum dan HAM, serta Departemen dalam Negeri, yang memenuhi hak Identitas anak, serta lembaga pemerintah terkait. Ini akan menjadi hal yang sangat penting dan bagian dari keberhasilan kampanye SCWC jika terjadi. Media punya peran penting dalam mengangkat isu ini sehingga setiap pihak yang bertanggung jawab bisa lebih tergerak melaksanakan tugasnya dalam memenuhi hak anak, memberikan perlindungan, dan memberi ruang untuk partisipasi anak.

Pertanyaan yang perlu dipikirkan bersama adalah apa yang selanjutnya terjadi setelan anak-anak ini pulang dari Brazil? Bagaimana kelanjutan masa depan mereka? Bagaimana pula dengan anak-anak lain yang belum mendapatkan kesempatan ini? Apa yang dapat kita lakukan bersama-sama? Kelanjutan dan keberhasilan program ini, tidak akan berhenti sampai memberangkatkan mereka ke pentas internasional.

Keberhasilan program SCWC ini bukan pada anak-anak ini menjadi Juara Dunia atau tidak, melainkan dampak setelahnya, di mana masyarakat yang mengetahuinya bisa tergerak, dan pemerintah Indonesia berhasil mengembangkan program yang menghentikan bertambahnya anak yang turun ke jalan dan mengeluarkan anak dari jalan. Jika memang ini berhasil, semoga berikutnya Indonesia tidak lagi merasa "bangga" karena mengirimkan anak jalanan ke "Piala Dunia anak jalanan", tapi mengirimkan TimNasional usia Muda ke Piala Dunia sesungguhnya. Jika ini benar terjadi, maka selayaknya Indonesia, (Kementerian Pemuda dan Olahraga khususnya) berbangga karena Pemuda Indonesia bisa mengibarkan bendera Indonesia di pentas Olahraga Internasional.

Catatan ini dibuat oleh Mahir Bayasut- Ketua Yayasan TEN (Transmuda Energi Nusantara) yang dikirimkan ke saya untuk ditampilkan di Kompasiana. Foto-foto ini dokumentasi TEN, atas ijinnnya untuk ditampilkan di sini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline