Bagiku menulis adalah menebar kebaikan. Banyak hal yang bisa dituangkan dalam sebuah aksara yang kemudian dikemas menjadi sebuah siraman rohani. Bertujuan untuk menguatkan sisi rohani, dakwah secara verbal atau tulisan yang akrab disebut dakwah bil Qolam sebenarnya sama dengan dakwah face to face. Pembaca seolah-olah berkomunikasi langsung dengan penulis atau penceramah.
Ada beberapa kelebihan berdakwah melalui tulisan. Diantaranya, bisa dilakukan dimana saja dan tidak terhalang ruang dan waktu. Tidak perlu berkumpul di suatu tempat apalagi harus menyediakan sajian hidangan seperti di pengajian umum. Tidak harus pula berpakaian rapi, karena penceramah dan pembaca tidak bertemu secara langsung.
Selain tiga poin di atas ada yang lebih penting. Yakni jangkauannya lebih luas. Dakwah yang disajikan dalam bentuk verbal atau tulisan mampu menjangkau seantero jagat. Bahkan usianya jauh melebihi usia sang penulis sehingga tidak heran jika ada yang bilang bahwa meninggalkan tulisan yang bermanfaat ibarat sebuah amal jariyah yang pahalanya akan terus mengalir walau sang penulis telah tiada. Subhanallah...
Terinspirasi dengan kalimat tersebut, akupun ingin memiliki amalan yang tak putus jika kelak Allah memanggilku. Lewat goresan penaku, beberapa artikel yang mengandung unsur dakwah dan bersinggungan dengan psikologi sering menghiasi majalah intern instansi, media cetak lokal termasuk media online.
Entah mengapa aku begitu tertarik untuk menuangkan inspirasi yang bernada religius. Padahal secara ilmu agama terbilang masih cethek (red: dangkal) namun justru itu yang mampu jadi pelecutku untuk terus belajar dan berbagi tentang beberapa hal baik yang sudah aku pahami sebelumnya.
Bukankah Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda "Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat." HR Bukhari.
Berbekal sabda tersebut, keinginan untuk menebar kebaikan lewat tulisan begitu kuat. Tentu tidak bermaksud menggurui hanya sekedar berbagi opini positif yang diyakini mampu memberikan kebaikan bagi si pembaca.
Dakwah itupun tak berhenti sampai di situ. Berbekal keyakinan bahwa Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum tersebut yang akan merubah nasibnya sendiri. Akhir tahun lalu aku kuatkan tekat untuk menggandeng para penulis perempuan yang ada di lingkungan instansiku.
Bersama-sama mereka menorehkan karya terbaik yang harapannya mampu menginspirasi banyak orang. Hingga tepat di Hari Kartini 21 April 2020, buku yang bertajuk Di Balik Sosok Kartini Kementerian Agama Daerah Istimewa Yogyakarta berhasil dilaunching oleh Kepala Kanwil Kemenag DIY Drs. H. Edhi Gunawan, M.Pd.I.