Bingkisan dan kado lebaran hanyalah simbol tentang indahnya berbagi.
Di penghujung hari, jelang libur lebaran biasanya ada yang dinanti. Apalagi kalau bukan bingkisan lebaran. Entah mengapa ada sedikit kelegaan saat membawanya pulang ke rumah. Meskipun isinya sudah bisa ditebak paling seputar sembako, biskuit, sirup, permen, dan kawan-kawannya. Tapi semacam ada luapan bahagia, saat bingkisan lebaran dibuka rame-rame di rumah. Bisa jadi ini juga bagian dari kebahagiaan Ramadan.
Terkadang, bingkisan itu pun tak lama singgah di rumah. Esok atau lusa sudah berpindah tangan ke mereka yang lebih membutuhkan. Keibaan kami berdua hampir sama, jadinya ya gak ada yang merasa keberatan jika akhirnya bingkisan itu tak lagi menjadi milik kami.
Nah sekarang kalau kado lebaran, buat siapa ya? Menurutku sih kado lebaran semacam reward. Ya.. reward buat anak-anak yang sudah berjuang nahan lapar, ikut puasa seharian, tarawih, tadarus hingga takbir keliling. Mereka pun kadang tak peduli dengan lembaran yang diterima. Asal dapat angpao saja girangnya bukan main.
Ini juga yang menjadi tradisi di keluarga besar kami. Usai menunaikan salat Idul Fitri kami selalu menyempatkan diri untuk berkumpul di rumah tabon (rumah orang tua) meskipun tak ada lagi orang tua. Saya dan suami sama-sama tak ada orang tua lagi. Namun hubungan kekeluargaan kerabat kami cukup akrab, jadi ketiadaan orang tua tak membuat kami larut dalam kesedihan.
Bagi-bagi Kado Lebaran
Ramadan tahun lalu, ritual tukar uang masih kami lakukan. Kebetulan di kantor kami ada bank yang melayani penukaran uang. Semua transaksi berjalan mulus. Kami pun menyiapkan amplop yang sudah berisi uang, tentu besarannya beda antara yang masih TK dengan yang sudah SMA. Tapi gak ada yang protes. Semua terlihat bahagia saat menerima angpao. Apalagi dengan kemasan amplop yang unik dan lucu.
Sungguh, benar-benar penampakan aura lebaran yang menggembirakan. Senyum mereka pun bertebaran. Aku merasa bahagia menjadi bagian dari keluarga besar Mbah Dalil Pudjosuboto almarhum. Ini juga bagian dari doa ibu, saat aku belum berpendamping. Beliau ingin anak-anaknya mendapatkan suami yang memiliki banyak saudara. Alhamdulillah, Allah mengabulkan doa ibu. Dan kini, ibu telah kembali menghadapNya dengan penuh ketenangan karena kami telah menemukan keluarga baru yang mendamaikan.
Karena ibu pula, banyak pelajaran hidup yang aku dapatkan. Termasuk tentang bingkisan lebaran. Bingkisan dan kado lebaran hanyalah simbol tentang indahnya berbagi. Bagaimanapun ritual puasa Ramadan telah melatih dan mengajarkan kami agar selalu memiliki kepekaan sosial, peduli dengan lingkungan sekitar. Karena bagaimana pun di dalam harta kita ada hak orang lain yang harus ditunaikan.
Artikel ini dipersembahkan dalam event Kompasiana Satu Hari Bercerita Samber 2020 Hari 17 & Samber THR Tebar Hari Raya