Sudah lama hal ini ingin aku bahas dan tuliskan namun selalu saja lenyap dihempas berbagai pertimbangan. Hari ini aku coba untuk menuliskan apa yang menjadi keresahan dalam pandanganku untuk guru yang selalu aku lihat di sekitarku. Tidak semua apa yang aku lihat seperti apa yang aku rasakan dan pikirkan, karena bebagai karakter individu selalu berbeda sesuai dengan kodratnya. Namun sebagai orang yang menyandang panggilan guru tentulah memiliki kelebihan dalam bidang ilmu yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingan generasi bangsa.
Sebagai seorang guru dibutuhkan kemampuan dan kemauan yang kuat untuk benar-benar menyandang panggilan guru. Seorang guru bukan hanya datang memberikan ilmu dan selesai sampai disitu, tetapi tugas membimbing adalah hal yang melekat pada diri seorang guru. Tak jarang aku melihat seorang guru yang tidak peduli dengan keadaan sekitar, baik itu murid, lingkungan, maupun kondisi sekolah. Guru yang hanya menunggu perintah, menunggu dipanggil, menunggu diminta, menunggu ada masalah, menunggu ditegur. Sangat tidak kreatif dan menyebalkan pribadi guru seperti itu.
Seharusnya seorang guru ketika ada di sekolah bisa berbuat sekreatif mungkin untuk memberikan bimbingan yang inovatif terhadap murid di sekolah. Berkreasi memberikan sesuatu yang bermanfaat meskipun itu tidak terjadwal dalam keseharian sekolah. Namun sayangnya, dari 10 guru mungkin hanya 1 orang yang mau berbuat dengan ikhlas dan memanfaatkan waktu dengan baik dan kreatif. Selebihnya guru hanya duduk diam dan bercengkrama menghabiskan waktu menunggu waktu pulang. Entah apa yang terlintas dalam benak mereka.
Sesungguhnya ide kreatif dibutuhkan untuk dapat merangsang munculnya berbagai kegiatan di sekolah yang menjurus pada murid. Guru diharapkan mampu memunculkan ide kreatif dalam memanfaatkan waktu sehingga kegiatan pembelajaran bukan hanya di dalam kelas sebatas pada buku pegangan saja. Bagaimana mungkin seorang guru bangga dengan panggilan gurunya sementara yang terpikirkan dalam otaknya hanya menghabiskan datang sekolah, melakukan tugas, ketika jam pulang lalu pulang. Betapa tidak bermaknanya hari-hari akan terlewati sepanjang hari di sekolah.
Jika sekolah menerapkan kegiatan hingga jam belajar selesai terkadang ada saja guru yang tidak betah di dalam kelas. Datang hanya meminta murid membuka buku, mengerjakan tugas mandiri, dan gurunya duduk sambil memainkan gawai atau terkadang menelpon sibuk dengan urusan pribadinya. Ketiak menemukan murid yang memiliki kekurangan dalam belajar atau kesulitan dalam belajar tidak ada keinginan untuk berkreasi memberikan bimbingan terhadap murid tersebut untuk dapat mengejar kekurangannya dalam belajar.
Intinya, dibutuhkan kemauan diri seorang guru untuk menjadi guru yang sesungguhnya. Guru yang dengan hati memberikan pembelajaran, membimbing, mendidik, dan mentransfer ilmu dengan hati yang tulus karena mencintai pekerjaannya sebagai guru. Bukan guru yang hanya menyandang panggilan guru dan mendapatkan imbalan gaji guru. Bukan guru yang bangga dengan panggilan guru tetapi tidak melaksanakan tugasnya sebagai guru yang sesungguhnya. Aku terkadang bingung sendiri bagaimana dapat menggerakkan guru tersebut dengan menggugah hatinya dan nuraninya agar mau berbuat dan berkreasi demi untuk murid.
Aku terkadang rindu dengan sosok guru zaman dahulu, yang selalu tekun mendidik muridnya, sabar membimbing, senantiasa memberikan ide-ide cemerlang untuk berbagai program pendidikan di sekolah. Semakin maju zaman semakin sulit mendapatkan guru yang menjadi guru sesungguhnya. Semoga wajah pendidikan semakin memberi perubahan yang berarti dan bermanfaat bagi murid.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H