Tak pernah terpikirkan oleh seorang Marni kehidupan akan menggilas kebahagiaannya dalam bertahap. Kenyamanan, kebebasan, bahkan kemakmuran yang ia rasakan mulai terasa sempit dan menyiksa kesehariannya. Tak pernah ada yang tau apa yang dia rasakan atau alami selama ini. Orang hanya tau Marni adalah seorang wanita tangguh yang senantiasa tersenyum dan berbicara dengan aura bahagia.
Marni menarik nafas sedalam rongga paru-parunya, lalu menghempaskannya dengan berat secara perlahan. Bibirnya terkatup rapat, tatapan matanya jauh mengukur ke lengkung garis lautan yang maha luas.
"Hidupku telah berubah menyedihkan", bisiknya pelan sambil menengadah ke langit yang nampak membiru tanpa hiasan.
Terlihat begitu berat beban yang dia rasakan, namun tak nampak sedikitpun atau mungkin semua orang merasa enggan membaca air mukanya atau raut wajahnya.
"Hanya aku dan Engkau yang maha tahu, Tuhan", bisiknya parau hampir tak terdengar.
Semua harapan Marni hilang bersama keterpurukan hidupnya di tahun 2023 ini. Impian yang dibangunnya runtuh tanpa sisa, karena ulah orang-orang yang tak bertanggungjawab. Marni ditipu oleh rekan kerjanya dalam melakukan usaha di bidang property.
Marni telah berinvestasi dengan sejumlah uang yang ditabungnya selama beberapa tahun terakhir. Awalnya usahanya lancar dan mendapatkan keuntungan yang bisa dikatakan lumayan untuk seorang pemula. Rekan kerjanyapun aktif melakukan kegiatan seperti layaknya pengusaha yang lainnya. Tak ada sedikitpun kecurigaan dalam hati Marni temannya tersebut akan melakukan hal yang akhirnya membuatnya jatuh tanpa sisa.
Marni kembali menarik nafas dan membuangnya dengan perlahan dan berat. Sungguh sebuah ujian berat yang dirasakannya sendiri. Marni terus berusaha tegar menghadapi jungkir balik kehidupannya bebrapa bulan terakhir ini. Marni pasrah pada keadaan yang membuatnya tak berdaya.
"Aku harus berjuang menghadapi semua ini. Tuhan...bantulah aku", lirihnya dengan sendu. Jalan untuk mengatasi semua masalah ekonominya buntu. Semua jalan terasa tertutup dan sanat sulit untuk dijalani lagi. Dalam kebuntuannya Marni tetap terlihat tegar tanpa berani mengeluh kepada siapapun. Marni sadar ketika dia menceritakaj maslahnya ke pada keluarganya bukan solusi yang akan dia terima pasti seribu kalimat tanya mengapa dan apa, serta bagaimana akan meluncur tanpa henti.
Marni merasa harus kuat dalam badai maslah yang menerjangnya. Jauh di lubuk hatinya Marni selalu berharap Tuhan akan menolongnya melalui jalan yang Tuhan kehendaki nantinya.
"Bukalah jalan bagiku, Tuhan". Marni menunduk menutup matanya.