Lihat ke Halaman Asli

Dear Antonio (4)

Diperbarui: 26 Juni 2015   15:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Antonio! masih dalam peluk kerinduan yang menyelimuti jiwa siang dan malamku yang masih tetap belum mampu mengukir dan melepas asaku diatas batu kerinduan yang bertahta sendu di atas singgasana kalbuku, aku mampu tertidur pulas seharian diantara kelopak-kelopak kenangan mawar putih yang pernah kau rajut di hatiku meski ku tak mampu yakinkan diri bahwa semua asamu padaku  adalah asa yang tulus menyayangiku seperti kilau kemuning jingga bersembunyi manja di balik ambang senja.

Entah mengapa aku bangun  hanya untuk melepaskan rasa lapar dan dahaga aku makan tanpa menikmati rasa, kemudian makan obat dan diperiksa oleh dokter yang merawatku kemudian kembali tertidur lagi tanpa mampu merasakan nikmatnya rasa perih dan sakit laik lilitan gurita yang menyerang, mencengkram lambungku Rasa mual dan pusing sehingga aku ingin selalu ingin memuntahkan seluruh isinya. Memang pada pagi harinya aku telah diterapi hampir tiga jam lamanya, sepertinya aku benar-benar bisa menikmati istirahat dengan sangat tenang dan tidur tanpa ada nada rasa menyertai petikan dawai-dawai jiwaku

Aku berusah tenang ketika keluarga mengira aku sakit karena terlalu letih fisik dan pola makanku tidak teratur karena sering ikut teman-teman alumniku turun ke lapangan jika ada waktu luang sedikit saja di kantorku.

Tetapi hari ini aku merasa ada yang salah dengan diriku, Antonio! Sesuatu yang mengerikan seperti lolong serigala malam yang menyayat kalbu unguku, mengapa hari ini aku tiba-tiba bisa merasa sangat tenang luar biasa tanpa rasa gelisah sedikitpun ?!

Seorang sahabat terkasihku satu angkatan dan alumni lulusan satu perguruan tinggi denganku yaitu seorang dokter yang baik hati yang selalu merawat fisik dan psikisku secara pribadi datang menjengukku. Kuutarakan perasaanku kepadanya, Antonio! Perasaan gamang dan bingungku. Rasa bimbang ragu yang beruntai lemah di awan biru..!!!

Dia memeriksa obat yang diberikan kepadaku, dan aku melihat perubahan pada air mukanya yang sedikit terkejut ternyata aku telah diberi obat penenang oleh dokter yang merawatku,Antonio!! ketika ditanyakan dengan serius olehnya kepada dokter yang menengani dan merawatku.. ehhmm, sangat menyedihkan bagi jiwaku sebab jawaban yang diterima ternyata obat tersebut sengaja diberikan karena karena aku selalu gelisah dan sama sekali tidak bisa beristirahat dengan tenang karena sakit fisik yang kuderita.

Antonio! Selama ini jika aku mengalami sakit fisik dan tekanan psikis yang membuat aku suka lari kepadanya aku hanya dirawat olehnya dengan memberi obat generik seperlunya saja, kadang perawatanku dibarengi dengan terapi, yoga dan sesekali dianjurkan spa untuk rileks dan menenangkan pikiranku, aku akan dianjurkan melakukan olah raga senam aerobik kesukaanku secara teratur. Kalaupun ada obat tambahan biasanya sahabat baikku ini memberikan suplemen herba sejalan dengan program pemulihan melalui pencerahan jiwaku.

Ahh, betapa menyedihkan nasibku, Antonio! Ternyata seharian ini aku telah dijejali dengan obat penenang, sesuatu yang sangat diharamkan oleh dokter pribadiku ini. Kata dokter yang berwajah cantik dan berhati mulia ini aku sama sekali tidak membutuhkan obat-obatan seperti itu, ketika kutanyakan bagaimana kondisiku yang sebenarnya ternyata benar dugaanku, sakit lambungku kambuh kembali karena adanya tekanan yang kuat pada rasa dan jiwaku.

Kumohon kepada sang sahabat untuk merahasiakan penyebab kondisi dan tekanan pada jiwaku akibat tekanan kesedihan kehilangan Aditya dan dirimu. Secara profesional dokter cantik ini mengatakan aku tidak membutuhkan dukungan siapapun, latar belakang sakit  ini tidak ada hubungannya dengan kondisi keluarga yang harmonis dan sangat nyaman, Antonio!

Ya Tuhan! Ternyata aku sangat membutuhkan dukunganmu! Dukunganmu yang bisa membantuku untuk pulih dan sembuh kembali, Antonio!

Maafkan aku!!! Aku makin tidak tahu lagi bagaimana pandanganmu kepadaku saat ini, seperti ketidakmengertianku pada pandangan ular dalam mimpiku, tetapi aku yakin kau pasti selalu mendukungku dalam doa bukan, Antonio?!Aku ingin segala remangmu menjadi kasih menjadi semangat menjadi kekuatan menjadi hidup menjadi cinta menjadi segala yang kuinginkan meski tidak kumimpikan, Antonio!

Tidak ada satu hal yang bisa merubah duniaku, kecuali keberanian yang belum hadir untuk bertemu denganmu memastikan perasaanku yang sesungguhnya. Seperti tapak dan jejak yang masih meninggalkan bekas torehan yang lebam hampir membiru penuh beban haru, tetapi tetap masih mampu kunikmat penuh karena jiwaku selalu tersenyum penuh kasih!!!

Bagaikan rusuk-rusuk yang retak, tubuh dan jiwaku tidak mampu tegak sempurna! begitulah aku saat ini. Tetapi loh-loh hati dan jiwakuyang bersanding dengan jantungku masih mampu memerahkan darahku seperti kain karmizi dan mensucikan dagingku seputih salju!!

Semua peran dapat kulakon sempurna karena kutahu hidup adalah bahagia yang harus diraih untuk menghasilkan mawar cinta suci alami yang telah hadir meski tanpa kumengerti, bersanding dengan jiwa yang bagai padi terkulai lemah tidak dapat menghasilkan bunga dan buah berbungaran!!!

Aku kembali membaca dirimu, Antonio!!! satu persatu seperti pertama ketika aku mengenalmu dulu sekali... patah-patah manis sekali hatiku menari lembut di antara debu-debu kasih dan ilmumu

Bersambung...

Dapat dibaca Dear Antonio (1) disini Dear Antonio (2) disini Dear Antonio (3) disini

TiekLOVIndie

02.7.2010

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline