Tadi malam aku bermimpi, Antonio! Aku didatangi oleh empat ekor ular, mereka duduk manis tidak jauh dariku. Aku tertarik menyentuh seekor ular yang lebih panjang dan kulitnya lebih mengkilat indah dari ketiga ular lainnya. Aku memegang erat lehernya, mengambilnya ke dekatku. Tiba-tiba sang ular langsung cepat melilitku erat.
Sungguh!! Aku sangat terkejut, Antonio! Aku tidak terkejut pada refleks ular yang sigap dan secepat kilat melilitku, tetapi aku terkejut akan keberanianku. Secara refleks juga aku segera mencampakkannya, meski aku sempat merasa nyaman dan menikmati lilitannya.
Ular itu tidak pergi meninggalkanku, Antonio! Dia tidak marah dan juga tidak mendekat kepadaku. Ular tersebut hanya memandangku dari tempatnya seperti ketiga ular lainnya. Ular-ular yang lain lewat dan berhenti sebentar memandangku beberapa saat kemudian pergi.
Antonio! Aku hanya memandangi ular yang sempat melilitku, ular itu kembali mendekatiku.. tetapi aku malah ketakutan,ular itu kembali berhenti di tempatnya dan tetap memandangku. Sampai dua kali ular itu mendekatiku, tetapi aku tetap takut takut dan menjauh darinya.
Tiba-tiba Aditya datang dan tersenyum kepadaku! Adit mengenakan jas warna kesukaanku. Yah, aku dulu suka mengejeknya seperti Charlie Chaplin jika mengenakan jas tersebut karena ketampanannya yang bertambah secara signifikan, lalu Adit akan menjewer telingaku dengan sangat kuat dan benar-benar kuat sampai memerah dan terasa pedih sekali sehingga tanpa sadar aku lalu langsung memakinya 'setan'. Adit suka pura-pura tidak peduli dan tidak melihatku saja, meski kutahu kadang Adit sedikit ketakutan juga melihat kondisiku jika aku sampai terdiam lama menahan sakit dan tidak berbicara tetapi dua bola kristal telah menggenang tanpa dapat kutahan di kedua bola mataku membentuk dua daerah aliran sungai di halus pipiku. Adit juga mengenakan dasi berwarna kopi matang dan bergaris halus lembut yang kupilihkan ketika kami bertemu secara tidak sengaja di Plaza Indonesia. Sangatsurprise! Kami sangat senang sekali karena bertemu tidak sengaja di tempat itu.
Adit berkata dalam mimpiku, “Jangan takut dinda!! dia tidak mengganggumu, dia hanya ingin berteman denganmu.Dia merasa bersalah telah menyakitimu. Pegang dan sentuhlah! Dia suka sentuhanmu. Dia tidak akan melilitmu... Pls, jangan takut lagi..!”
Aku hendak marah, Antonio!, dan ingin mengatakan ular itu jahat tetapi Adit telah pergi!!!
Antonio, saat menuliskan surat ini aku benar-benar menangis sedih untukmu dan Aditya.Aku akan akan berteman denganmu, janji tidak akan menyalahkanmu lagi atas apa yang telah terjadi di antara kita, biarlah semua sepertisungai yang mengalir kembali, karena aku tahu ular itu adalah dirimu.
Antonio! Aku sedih, aku tidak bisa menebak pandanganmu kepadaku, apakah kau membenciku, meremehkan dan melecehkanku, menghinaku, menyayangiku atau bahkan mencintaiku!!
Tetapi yang pasti ruh Aditya telah mengingatkanku, kau baik dan ingin berteman denganku. Adit sangat baik dan menyayangiku dan dari alamnya dia pasti ingin aku bahagia seperti masa hidupnya dulu. Yah!, demi Adit!! yang kutahu selalu ingin bidadari kecilnya tersenyum bahagia.
Siapa bilang cinta tidak harus memiliki, Antonio! Karena memang cinta telah hadir dan kumiliki di hati,aku bangga memiliki cinta!!! Karena tidak ada yang salah dengan cinta, bukan?! Hati teramat luas untuk bisa menampung cinta masing-masing pada biliknya dengan nyaman dan berayun di atas angin dengan nyanyian dan nada yang berbeda.
Antonio! Aku ingin engkau tahu! Cinta hadir di hatiku sesaat ketika rasa malu, marah, sedih, kecewa dan tertekan bergumul di jiwaku ketika kau tidak bersedia menemuiku padahal engkau yang meminta dan memaksa aku datang menemuimu. Kemudian semua bercampur dengan rasa kagum ketika kau berkata sangat bangga pada rakyat yang adalah peternak-peternak kecil di daerah/wilayah kerjaku. Aku tidak akan pernah lupa pada getar ketulusanmu di ruang Focus Group Discussion. Yah, dulu! dulu sekali.
Orang sebesarmu, Antonio!, ternyata memiliki jiwa dan cinta setulus itu. Luar biasa!!! Bangga pada rakyat kecil yang hanya mampu menghasilkan susu sekian liter perhari untuk menghidupi keluarganya. Menyentuh dan bermakna sekali! Itu yang membuat aku berani menerima lilitanmu yang sangat kuat dan penuh getar itu. Aku tidak menyesal, aku tidak akan menganggap itu sebagai sebuah kekeliruan, terserah menurutmu, semua bebas memilih.
Mohon maaf, Antonio sayang! Aku bangga, aku harus merubah mindset dan mindview ku tentang cinta, agar aku bisa segera pulih karena perasaan bersalah selama ini, takut dan bingung memiliki rasa cinta yang tidak kumengerti kedatangannya, juga karena di tahun-tahun panjang yang telah kulalui dengan penuh kerinduan sangat menderaku batinku karena sampai saat ini aku tetap tidak bisa mengerti hati dan rasamu sesungguhnya.
Tetapi aku tetap bersyukur karena tidak semua manusia dianugerahi memiliki rasa cinta dan kasih seagung itu, Antonio! Sama seperti rasa cinta almarhum Adit yang agung kepadaku, sebab kita ditantang untuk memiliki filosofi pengendalian diri yang tinggi, bukan? Karena kita sudah sama-sama dewasa dan hari tua kita harus jadi bermakna.
Aku pernah bersalah mengatakan bahwa kau sangat kaku dan terlalu rasional. Juga pernah kukatakan kepadamu mungkin kau juga seorang lelaki yang tidak bisa menghargai sebuah rasa.
Maafkan diriku, Antonio! Sampai disini dulu, aku sudah terlambat dan harus segera sarapan. Sarapanku sudah hampir dingin. Aku harus menjaga kesehatanku dengan lebih ekstra hati-hati, seperti yang pernah dipesan almarhum Aditya dulu kepadaku bahwa aku harus bisa mengatur pola makanku dengan baik, tetapi kenyataannya sejak ditinggal Adit bukan hanya pola makanku yang bermasalah bahkan pola pikirku juga sudah salah, Antonio!
Terima kasih untuk cinta yang telah kau hadirkan di hatiku..!!
Surat kasih ini ingin kupersembahkan buat teman yang harus kurahasiakan kepada semua semesta beserta seluruh perangkat liarnya di alam bawah, alam tengah dan alam di atas langit cinta biru!!!
Bersambung...
Dear Antonio (1) dapat dibaca disini
TiekLOVIndie
30.6.2010
75C244D9-F469-CDA9-CCA3-8E5C47A56AE6 1.02.28
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H