Lihat ke Halaman Asli

Titi Ariswati

Puisititi untuk sahabat sejati

Malaikat Kecilku

Diperbarui: 18 Desember 2023   08:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar : dokpri/canva/titi

Judul : Malaikat Kecilku

Tepat satu bulan aku kehilangan anakku. Kepedihanku tak akan hilang sepanjang hidup yang akan datang. Kehilangan ini sangat menyakitkan. Air mata tak bosan-bosannya mengalir tiada henti.

Hari ini aku kembali bekerja setelah meminta cuti panjang. Kukuatkan hati menghadapi kenyataan. Kenyataan bahwa aku masih butuh makan untuk meneruskan hidup. Aku tidak mau bunuh diri dengan menganggur tanpa penghasilan untuk makan sehari-hari.

Aku seorang kasir di toko roti yang terkenal laris. Gajiku hanya cukup untuk makan. Selama anakku sakit hidupku sungguh pahit. Biaya berobat anakku membuatku harus berhutang kepada pemilik toko. Aku harus berhemat agar bisa tetap makan dan ongkos angkot ke rumah sakit. Meski pahit aku tetap semangat dan bahagia di tengah kesusahan karena ada anak perempuan cantik buah hatiku. Malaikat kecil penyemangat hidupku.

Hari pertama bekerja, kepedihanku sedikit terlupakan. Pengunjung begitu ramai, banyak pemasukan, ada harapan dapat bonus yang bisa menutupi kekurangan karena gaji dipotong cicilan hutang.

Jam di dinding menunjukkan pukul lima sore. Aku bersyukur selesai sudah pekerjaan. Kuselonjorkan kaki ke bawah meja. Punggung kutempelkan di sandaran kursi. Maasyaallah nyaman sekali,  sedikit terkurangi rasa lelah.

Sambil menarik napas panjang, kupejamkan mata sejenak. Tiba-tiba terlintas bayangan pemulung kecil yang membeli roti dengan uang yang kurang. Aku merasa bersalah tidak bisa menutupi kekurangannya. Saat itu aku tidak punya uang serupiah pun.

Kuhalau bayangan anak itu dengan membuka mata dan kembali duduk tegak.  Kubersihkan meja kasir, lalu berdiri mengambil tas yang tersampir di kursi lalu melangkah pulang.

Aku tidak terburu-buru, tidak ada lagi yang menungguku. Malaikat kecilku telah pergi jauh tak akan kembali.

"Mbak, mau pulang?" basa-basi petugas keamanan berdiri menyapaku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline