Lihat ke Halaman Asli

Titi Ariswati

Puisititi untuk sahabat sejati

Bahasa Kalbu

Diperbarui: 26 Januari 2023   22:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri/canva/Titi

Puisi sambung

Tema :  Merindu Hujan

Aku terpaku pada lukisan cakrawala
Kelabu yang kutunggu senantiasa
Saat netra terpejam dan berlarian ditengah hujan
Hati berbisik, 'aku merindukanmu'
Tapi yang kutemui hanya semu
Kau semakin aksa dari jangkauanku

Kau buat aku termangu di balik pintu menunggumu
Rasa panas memeluk tubuh berpeluh
Kerontang meranggas angin kering gugurkan dedaunan kuning berdebu
Burung-burung bercicit kabarkan datanganmu yang masih jauh

Kugores tinta pada luas cakrawala
Tentang kidung rindu yang kurapal tiap saat
Harap disana engkau membaca
Bahasa kalbu yang dulu tak terucap

Biarkanlah asa itu tetep ada
Dalam puing angan yang terhapus hujan malam ini
Ku hanya rindu hujan
Dan didalamnya terpaut kenangan

Atma merindu air langit
basahi debu jalanan
Beri wangi khas yang bawa kenangan
Ya Sallam, sirami kesejukan pada kami

Kesejukan itu hanya singgah sejenak
Yang dulu kurasakan kini menemukan titik jemu
Iya kala itu ....
Kesejukan itu hanya sekadar mengikuti angin singgah dan menghilang
Sepertinya hati ini hanya persinggahan sesaat
Sirna dan tak berbekas

Tuhan semesta alam
Atas kebesaran kuasa-Mu
Runtuhkan endapan luka-luka
Biarkan teduh merengkuh tubuh
Meski cinta yang senja
Diguyur hujan tanpa dinyana

Kalbu ini tegar meronta
Peluh membasahi sekujur raga
Prahara demi prahara hadir menyapa
Kuhadang mega yang bersemayam di lubuk angkasa
Panjatkan pinta kepada-Nya agar turunkan derai sarat irama
Agar dahaga dalam sukma lekas sirna

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline