Lihat ke Halaman Asli

Titian DesthaDebora

Tidak ada profil

"Dancing in The Rain" Kehadiran Berharga yang Menghilang

Diperbarui: 27 Oktober 2020   22:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Identitas Film

Judul Film: Dancing In The Rain
Sutradara: Rudi Aryanto
Penulis: Sukhdev Singh & Tisa TS
Rumah Produksi: Screenplays Film & Legacy Pictures
Tahun: 2018
Pemeran Utama:  -  Dimas Anggara sebagai Banyu Anggoro
Bunga Zainal sebagai Kinara
Deva Mahenra sebagai Radin
Christine Hakim sebagai Eyang Uti
Pemeran Pendukung: -  Gilang Olivier sebagai Banyu kecil
Greesella Adhalia sebagai Kinara kecil
Joshua Rundengan sebagai Radin kecil
Niniek L. Karim sebagai Eyang Widya
Djenar Maesa Ayu sebagai Katrin
Dolly Martin sebagai Ayah Kinara
Agus Lemu sebagai Ayah Kinara muda
Keke Soeryo sebagai Ibu Kinara
Qory Sandioriva sebagai Ibu Guru Banyu
Ayu Dyah Pasha sebagai Psikolog

Banyu Anggoro adalah seorang anak laki-laki yang hanya tinggal berdua dengan neneknya, Eyang Uti. Ibunya pergi begitu saja karena enggan merawat Banyu saat tahu Banyu lahir mengalami gangguan mental. Tidaklah mudah untuk merawat anak dengan keterbelakangan mental. 

Eyang selalu berusaha tetap tegar dan sabar membesarkan Banyu seorang diri terlebih menanggapi omongan tetangga yang kurang pantas didengar. Begitu pula Banyu, tidak mudah menjadi pribadinya.

Banyu didiagnosa mengalami Spektrum Autism. Spektrum Autism adalah gangguan mental dengan kondisi dimana individu menarik diri dari lingkungan sosial atau bisa disebut anti sosial. 

Keadaan ini baru diketahui Eyang Uti saat Banyu memasuki masa sekolah TK. Di sekolah, Banyu terlihat tidak tertarik untuk mengikuti jalannya kegiatan belajar mengajar, entah itu menyanyi atau bermain dengan teman sebayanya. Ia memiliki dunianya sendiri. 

Banyu suka sekali menggambar. Menggambar adalah satu-satunya hal yang biasa ia lakukan ketika jam belajar berlangsung. Dia juga menyukai hujan. Hal itu terlihat dari ekspresi Banyu yang mulai tersenyum lebar dan girang ketika hujan datang. 

Dalam Bahasa Jawa, arti “Banyu” berarti “air”. Dari namanya, Eyang Uti juga berharap kalo kelak Banyu juga bisa menjadi sumber kehidupan untuk sesamanya karena air sendiri pun mempunyai arti sumber kehidupan manusia yang sangat bermanfaat untuk sekitarnya.

Banyu yang hampir tidak pernah keluar rumah, tiba-tiba ia ingin sekali keluar dari rumah untuk melihat suasana dan lingkungan di luar. Ia jalan kemudian melihat segerombolan anak-anak seusianya bermain sepak bola. Banyu ingin ikut bergabung dengan mereka karena dia melihat anak-anak itu bermain dengan asik. 

Sewaktu tiba di lapangan bola, Banyu pegang bola sepak itu dan tidak mau memberikan kembali pada anak-anak yang sedang bermain. Banyu mempunyai karakter dimana ketika ia sedang mempunyai atau memegang barang yang membuat dia merasa bahagia, maka orang lain tidak boleh merebut atau memilikinya karena ia berfikir barang tersebut sudah sepenuhnya menjadi hak milik.

 Hal itu membuat anak-anak yang sedang bermain merasa tidak terima dan menjadi marah, kemudian mereka pun ngeroyok dan memukul Banyu. Ketika pertengkaran terjadi, ada salah satu anak datang dan melindungi Banyu dari lemparan batu yang mengenai tubuhnya. Ia adalah Radin. Sejak saat itu Radin dan Banyu bersahabat. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline