Lihat ke Halaman Asli

Pudarnya Semangat Bhinneka Tunggal Ika

Diperbarui: 13 Februari 2017   20:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

BHINNEKA TUNGGAL IKA

Sebuah frasa sederhana namun sarat akan makna ini dikutip dari kakawin Sutasoma karangan Mpu Tantular. Bhinneka Tunggal Ika bila diterjemahkan akan berbunyi “Berbeda-beda Tetapi Tetap Satu.” Yang bisa diartikan bahwa apapun agama, suku ataupun ras yang kita anut, kita tetaplah satu sebagai masyarakat bangsa Indonesia.

Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang pluralis pastinya memiliki banyak perbedaan terutama dalam masyarakat. Dari Sabang sampai Marauke, banyak suku, ras, agama, dan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat bangsa Indonesia. Tak heran sering terjadi konflik yang terjadi antar masyarakat yang berbeda suku, agama ataupun ras.

Meski memiliki banyak perbedaan bangsa dan tak jarang terjadi konflik antar masyarakat, bangsa ini tetap berdiri kokoh selama 71 tahun. Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan bangsa Indonesia memainkan peran yang sangat penting dalam menjaga keutuhan dan persatuan bangsa ini.

Perbedaan ataupun pluralisme sebenarnya sendiri memiliki dua sisi yaitu positf dan negatif tergantung cara kita memandang perbedaan itu sendiri. Jika kita memandang perbedaan dari sisi positif maka kita melihat perbedaan sebagai suatu keindahan dan juga kekayaan tertuatama bagi suatu bangsa. Maka tidak ada yang namannya mayoritas ataupun minoritas. Semuanya sama sebagai masyarakat bangsa Indonesia dan juga memiliki tanggung jawab yang sama untuk menjaga keutuhan bangsa ini. Namun jika kita memandang perbedaan dari sisi negatif maka, kita melihat perbedaan sebagai ketidakseragaman, hambatan, ataupun hal yang perlu dihilangkan. Pandangan inilah yang sering dianut oleh golongan radikal.

Jadi semua tergantung bagaimana kita meilihat perbedaan itu.

Namun akhir-akhir, ini perbedaan dan pluralisme mulai memecah bangsa ini. Mereka yang memandang perbedaan ataupun pluralisme sebagai sesuatu yang bersifat negatif mulai menghasut masyarakat yang lainnya untuk menghilangkan pluralisme yang ada di negeri ini.

Buktinya adalah akhir-akhir ini mulai muncul golongan mayoritas dan golongan minoritas dimana golongan mayoritas merasa lebih berkuasa ataupun superior dibandingkan dengan golongan minoritas. Kepentingan suku, agama ataupun ras melebihi kepentingan untuk menjaga persatuan sehingga akan mengancam pluralisme dan kebhinekaan di Indonesia. Sebagai contoh adalah peristiwa pembakaran gereja, masjid, dan beberapa tempat ibadah lainnya yang sempat terjadi di Indonesia yang menunjukkan bahwa kepentingan kelompok lebih diutamakan dibandingkan kepentingan untuk menjaga persatuan.

Seperti yang dikatakan oleh presiden pertama RI, Soekarno:

“Perjuanganku lebih ringan karena melawan penjajah, tugas kalian lebih berat karena menghadapi bangsa sendiri.”

Kepentingan suku, agama, ataupun ras mulai memecah bangsa Indonesia dari dalam. Semangat Bhinneka Tunggal dalam masyarakat pun mulai pudar. Hal-hal kecil yang menyangkut dengan suku ataupun agama bisa menjadi fenomena nasional dan memiliki dampak yang besar. Toleransi dalam masyarakat pun mulai berkurang. Yang terlihat bagaimana reaksi masyarakat di sosial media jika ada suatu kasus yang berkaitan dengan suku ataupun agama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline