Lihat ke Halaman Asli

Inilah Tulisanku, Mana Tulisanmu? Jangan Hanya Membaca, Lalu Mengkritik

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

[caption id="attachment_138842" align="aligncenter" width="491" caption="Selamat Ulang Tahun Kompasiana"][/caption] Setiap orang pasti mempunyai selera sendiri-sendiri dalam menuangkan ide dan pikirannya dalam sebuah tulisan. Layaknya sebuah lagu, pastilah ada 'taste' yang mencirikan lagu itu, terlepas dari genre musiknya, coba kita simak lagu-lagunya mbak Melly Goeslow, punya taste yang khas, lagunya Ebiet. G. Ade, punya pesan bernuansa alam dan religi, begitupun lagunya Bang Opick bernuansa pop religi, yang kesemuanya pasti enak untuk dinikmati. Itulah seni, pasti bisa membawa penikmatnya masuk kedalah dunia lain yang memberikan 'sensasi' tersendiri, bukankah anda pernah merasakan bila tiba-tiba ada sebuah lagu yang diputar, lalu jiwa anda melayang masuk ke situasi yang sangat memberi kesan mendalam dalam hidup anda ketika lagu itu dialunkan?, mungkin lagunya Vina Panduwinata yang bernuansa cinta, pas saat itu anda sedang jatuh cinta dengan pasangan anda saat ini, jadi setiap mendengar lagu cinta sang burung camar ini, pasti hayalan anda melambung ke masa-masa indah itu. Begitu pula dengan seni menulis, pastilah ada taste-nya, sesuai selera sang penulis, dan pasti mempunyai 'ruh' yang membawa pembaca seakan hanyut dalam tulisan yang dibacanya, seperti saat kita membaca novel romantis, novel misteri horror dan lain-lain. Kali ini saya mencoba mengupas perihal yang sedikitnya berkaitan dengan taste sebuah tulisan, yang bisa membuat orang yang membacanya senang dan ada pula yang membuat orang itu kurang senang lalu meninggalkannya, atau membuat orang itu menjadi berkelakuan 'aneh' dengan memberikan komentar yang seolah dia lebih unggul dari sang penulis. Coba kita lihat saja di Kompasiana ini, banyak sekali karakter pembaca yang bukan silent reader, tapi bisa kita lihat dari pembaca yang memberikan pendapatnya/komentarnya melalui media komentar yang memang tersedia di kompasiana ini. Ada yang memberi komentar positive, ada juga yang negative hingga kata-kata melecehkan, cacian dan perdebatan sengit. Sensungguhnya dalam menulis itu kita harus tahu dulu tujuan dari kita menulis ini apa? Ada yang menulis hanya sebagai hobby, ada yang menulis sebagai pekerjaannya, ada yang menulis untuk saling berbagi dan banyak lagi lainnya. Nah berawal dari tujuan kita menulis inilah, sebaiknya kita 'konsisten' dengan tujuan awal ini, kalau kita menulis tujuannya sebagai hobby, maka bila mendapat komentar bernada miring, jangan mudah terpancing, karena kalau kita fokus kepada hobby kita pasti akan memberi hasil yang positive dan akan memberi manfaat bagi sesama, namun kalau kita terpancing, maka akan ada debat kusir yang kurang elegant demi sebuah "harga" (harga diri dan harga-harga lainnya), maka apa bedanya kita dengan sang komentator itu?, bukankah akan terlihat kedewasaan dan kematangan diri kita lewat sanggahan atau debat kusir itu, malah cenderung memperlihatkan kelemahan kita atau merendahkan harga diri kita sendiri, coba simak ya... debat kusir yang sering terjadi antara sesama kompasioners, yang kadang kita sebagai penonton/pembaca debat kusir itu dapat menilai sejauh mana ilmunya, sejauh mana kedewasaannya dan sejauh mana kematangan mentalnya dan sebagainya, kadang saya sering tersenyum sendiri melihat komentar yang berubah jadi ajang debat kusir yang tidak jelas tujuannya itu, bagaikan berebut sesuatu diajang lomba tanpa penyelenggara, tanpa hadiah, tanpa hasil sama sekali, tanpa prestasi yang ingin diraih. (sesungguhnya sebuah pekerjaan sia-sia belaka) Kalau mau berprestasi dan ingin mendapatkan pengakuan publik dan ingin mendapatkan nilai (value) ya menulislah dengan baik, jangan menempatkan diri lebih tinggi dari sang penulis yang dikomentari, tapi dia sendiri belum menulis apapun, mau jadi penilai tapi tak mau dinilai, kadang manusia sering begitu, selalu lupa menempatkan dirinya, seolah dia itu penentu yang maha tinggi, yang menentukan benar atau salah, seolah sejajar dengan Tuhan, padahal kita manusia sama saja kedudukannya, yang membedakan hanya iman dan taqwanya di mata Tuhannya. Inilah warna dari kehidupan yang kita jalani, sekalipun dalam dunia maya seperti di media sosial network seperti kompasiana ini, sangat bergantung pada diri kita sendiri, bila orang lain tidak bisa menempatkan posisinya dengan santun, ya janganlah kita terpancing sehingga kita 'tak berbeda' dengan orang itu, tapi kita yang tahu cara menempatkan diri kita sesuai posisi yang kita inginkan, maka tempatkanlah diri kita secara elegant, pasti penilaian orang itu akan fair dan sangat adil, siapa diri kita dan siapa orang yang tidak tahu diri alias tidak bisa menempatkan dirinya itu. Untuk membuat kita mempunyai nilai dan bisa mendapatkan simpati serta pengakuan publik, saya juga ingin berbagi sebuah pemahaman yang saya dapatkan dari sebuah buku bagus, bisa disimak ya... Tulisan yang baik dan bagus setidaknya memenuhi kriteria-kriteria standar sebagai berikut; (referensi:  Judul buku: Jadi Penulis Ngetop Itu Mudah, sub artikel 'Kriteria Tulisan Bagus', Penulis Lie Charlie, Nexx Media Inc., Bandung 2006, hal. 2-5) Mengungkapkan Hal-Hal Baru Sebuah tulisan sudah tergolong bagus apabila ia mengungkapkan hal-hal baru. Contoh paling gampang dapat ditemukan dalam jurnal-jurnal ilmiah. Publikasi hipotesis yang menyatakan bahwa virus HIV penyebab penyakit AIDS oleh Dr. Robert Gallo langsung dianggap tulisan bagus karena jelas mengungkapkan hal baru. Benar dan Lengkap Mana mungkin berita atau cerita bohong bisa jadi tulisan bagus? Memang menghebohkan, tetapi itu tidak bagus. Mengesampingkan fiksi atau kisah fantasi, jelas tulisan bagus harus juga mengandung kebenaran dan lengkap (faktual). Tengoklah, berita atau artikel "feature" di surat kabar bereputasi baik selalu menjunjung nilai-nilai kejujuran dan berprespektif komprehensif, berbeda dengan tulisan di "koran kuning" yang hanya mementingkan sensasi. Merupakan Pendapat/Ide Orisinal Tulisan yang bagus biasanya sekaligus merupakan pendapat orisinal penulisnya. Kolom atau opini yang dimuat dalam media massa dianggap bagus apabila mencerminkan pendapat/solusi/saran orisinal penulisnya atas suatu kejadian atau masalah. Tulisan yang tidak berisi ide baru tak dapat dikatakan bagus, walaupun penyajiannya memikat. Isinya Menggugah Isi tulisan yang bagus bisa menggugah pembacanya untuk berbuat hal positif, memerbaiki karakter dan moral masyarakat, atau paling tidak, memberi inspirasi yang mencerahkan. Temanya Istimewa Tema yang tidak biasa dapat menyulap sebuah tulisan menjadi bernilai tinggi dan bagus. Ketika orang ramai menulis tentang pentingnya menghentikan pengeluaran izin baru bagi penebangan hutan, Anda dapat menulis soal kelangkaan bahan baku kayu yang mungkin dialami pabrik kayu lapis dan industri mebel kayu sebagai konsekuensinya. Hasil karya ini bisa dianggap tulisan bagus karena temanya berbeda dengan pandangan umum. Mengandung Kejutan Novel-novel detektif, "suspense" atau "thriller" mengandalkan ketegangan dan kejutan untuk menjadi karya terpoluler dan terbaik. Menyangkut Peristiwa Besar Analisis-analisis yang ditulis menyangkut suatu peristiwa besar berpotensi menjadi tulisan bagus. Misalnya, pandangan baru atas Revolusi Perancis (1789) atau pendaratan Apollo II di bulan (1963) selalu menarik dan berpeluang menjadi karya bagus, biarpun mundur menentang waktu. Mengenai Orang Ternama Hillary Clinton menulis sepenggal otobiografinya, "It Tooks a Village", dan laris sebab ia pernah menjadi Ibu Negara Amerika Serikat. Semua orang ingin tahu tentang pengalamannya selama mendampingi Presiden Bill Clinton (1992 - 2000). Kalau Suminah juga menulis riwayat hidupnya, pasti sulit menjadi tulisan yang diminati, sebab orang tidak mengenal siapa Suminah. Bahasanya Bagus Karya Linus Suryadi Ag, "Pengakuan Pariyem", diakui bagus, teristimewa karena ditulis dalam format prosa lirik dengan kata-kata yang indah dan mendalam. Biasanya karya yang dikategorikan bernilai sastra, apalagi puisi, selain temanya menyentuh, bahasanya juga luar biasa. Penulisnya Top Jika enak atau tidaknya makanan bergantung kepada keahlian juru masak yang mengolahnya, maka bagus tidaknya karya tulis pun sering kali ditentukan oleh siapa penulisnya. Sekali seorang penulis menghasilkan karya bagus, maka karyanya selanjutnya cenderung dianggap bagus pula. Terpublikasi Melalui Media Tepat Tulisan bagus juga perlu dipublikasikan melalui media yang tepat dan dengan cara yang baik. Cerita pendek yang dimuat dalam Majalah Sastra Horizon, umpamanya, selalu ditafsirkan sebagai cerpen bagus. Dalam kata-kata lain, tulisan yang bagus sekalipun tidak akan tampak bagus apabila dipublikasikan melalui media yang "salah". Khususnya kriteria yang terakhir ini, saya ingin menekankan, salah satu media yang tepat sudah ada dan tersedia, seperti Kompasiana yang sangat baik dalam penyediaan fasilitas bagi semua penulis dari berbagai kalangan, mulai dari penulis pemula hingga penulis senior yang sudah punya nama, jadi sangat akomodatif sekali media sosial network seperti Kompasiana ini, maka jangan sia-siakan semua fasilitas yang sudah disediakan oleh Kompasiana ini. Terima kasih sekali buat Kompasiana yang sudah menjadi media sosial network terbesar di Indonesia dan manca negara, dalam usianya yang baru 3 tahun ini dan hari ini baru merayakan ulang tahunnya yang ketiga, tapi prestasi yang sudah diraihnya sangat-sangat gemilang sekali, pastilah tak luput dari para punggawa-punggawa Admin di belakang sana, yang jelas bukan orang-orang biasa, pasti orang-orang yang sangat luar biasa dan berkompeten sekali dibidangnya, 'SALUT'dan 'APRESIASI' buat Kompasiana.com, "SELAMAT ULANG TAHUN YANG KE 3 SEMOGA SELALU SUKSES DAN MENJADI MEDIA SOSIAL NETWORK NOMOR SATU DI INDONESIA DAN DI DUNIA" Bravo Kompasiana! Salam Hangat, Titi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline