[caption id="attachment_97840" align="alignleft" width="300" caption="Pelajaran dari Ibu, image from www.buahaticerdas.com"][/caption] Sering kali kita menilai jalannya kehidupan dan kejadian dalam hidup terlalu dini, padahal kita hanya melihat sepotong-sepotong atau sepenggal dari semua jalan dan kejadian yang ada dari kehidupan kita, dan parahnya lagi kita sering berprasangka buruk terhadap Allah dengan kehidupan yang kita alami, lebih buruk lagi kita sering menjadi seorang hamba yang tidak pandai bersyukur, Astaghfirullah..., jangan sampai kita melakukan ini semua. Mungkin dari kita pernah mengalami atau melakukannya, namun tidak kita sadari atau kita sadari, bahkan sengaja kita lakukan, inilah kelemahan manusia yang selalu saja terjadi, makanya kita diajarkan untuk selalu melakukan pertobatan disetiap saat bila kita sadar akan kesalahan dan kekeliruan yang kita lakukan, segeralah bertobat! Hal serupapun telah aku alami pagi ini disaat aku bangun dari tidurku, Ibuku mengingatkanku untuk segera bangun dan sholat shubuh, tapi malah aku sedikit menunda dengan alasan masih mengantuk, dan dengan sabar Ibuku kembali membangunkanku dan mengatakan, "Ayo Ti...bangunlah nak...nanti waktu shubuhnya terlewatkan lho!". Dengan sedikit rasa malas, aku segera bangun dan mengambil air wudhu, lalu segera sholat dan kembali Ibuku mengingatkan untuk berdoa dan lakukan pertobatan. Setelah sholat aku menanyakan kepada Ibuku, "Bu mengapa kita harus melakukan pertobatan, bukankah dengan berdoa saja sudah cukup?" Dengan senyum bijak Ibuku berkata, "Bukan begitu nak..., selain kita berdoa setiap hari kita juga harus melakukan pertobatan atas semua kekhilafan kita, baik yang sengaja atau yang tidak sengaja, dan kebanyakan kita jarang melakukan pertobatan atas kekhilafan yang tidak kita sengaja itu, makanya kita harus melakukan pertobatan disetiap kesempatan agar Allah selalu mengasihi kita". "Apa sih bu kehilafan yang sering kita lakukan tapi kita tidak menyadarinya?', tanyaku. "Kekhilafan yang sering kita lakukan dan sering tidak kita sadari adalah kekhilafan seperti kita selalu berprasangka buruk kepada Allah padahal semua rencana Allah buat hidup kita pasti baik, atau kita selalu saja menilai kejadian hidup kita sepenggal atau sepotong-sepotong dan masih banyak yang lain-lainnya, maka kita diharuskan segeralah bertobat disetiap kesempatan, jangan hanya bertobat disaat kita menyadari kesalahan yang kita lakukan". Tetap saja aku tidak memahami semua ucapan-ucapan yang baru saja Ibuku katakan itu, tapi Ibuku menjelaskan dengan sabar dan memberikan contoh nyata berupa cerita, inilah pesan dalam cerita Ibuku; Pernah ada seorang tua yang miskin, hidup disebuah desa dan memiliki seekor kuda putih yang sangat gagah dan kuat, banyak orang yang tertarik dengan kudanya itu dan berani menawar dengan harga yang tinggi, tapi dia selalu menolaknya. Suatu pagi ia menemukan kuda itu tidak ada di kandangnya. Seluruh penduduk desa mengejek dia dan mereka mengatakan, "kuda itu hilang dan itu berarti musibah buatmu!". Orang tua itu berkata, "Yang saya tahu hanya kandang kuda itu kosong dan kuda itu pergi, selebihnya saya tidak tahu, apakah ini musibah atau ini sebuah nikmat buatku". Sesudah dua minggu lamanya, kuda putih itu kembali, ternyata kudanya tidak hilang, hanya lari ke dalam hutan dan kuda itu juga membawa sekitar selusin kuda liar bersamanya. Penduduk desapun berkata, "Orang tua kamu benar dan kami salah, yang semula kami anggap musibah ternyata semua itu adalah nikmat". Orang tua itu menjawab lagi, "Kalian katakan saja bahwa kuda itu sudah pulang dan selusin kuda ikut bersamanya, tapi jangan menilai, bagaimana kalian tahu bahwa ini sebuah nikmat, kalian hanya melihat sepotong saja dari kejadian ini". Orang tua ini mempunyai seorang anak dan anaknya terjatuh dari salah satu kuda liar yang ia tunggangi dan kedua kakinya patah. Sekali lagi penduduk desa berkata, "Kamu benar, ternyata selusin kuda liar itu musibah buatmu!". Kembali orang tua itu berkata, "Jangan keterlaluan..., katakan saja bahwa anak saya patah kaki, kita tidak tahu itu musibah atau itu nikmat". Seminggu kemudian desa itu diserang oleh desa dari negeri lain dan terjadilah peperangan yang sangat ramai, dan semua anak muda di desa itu diharuskan ikut berperang untuk mempertahankan desa mereka dari serangan musuh, kecuali anak orang tua itu karena anaknya sedang terluka akibat kedua kakinya patah. Sekali lagi penduduk desa berkumpul di rumah orang tua itu sambil menangis dan berteriak karena anak-anak mereka sudah dipanggil untuk ikut berperang. Dan salah satu penduduk desa berkata, "Kamu benar orang tua, kecelakaan anakmu merupakan nikmat, bukan musibah, sehingga anakmu masih bersamamu saat ini". Orang tua itu berkata lagi, "Tidak ada yang tahu, katakan saja anak-anak kalian harus pergi berperang dan anak saya tidak, dan tidak ada yang tahu ini musibah atau nikmat". Begitulah kejadian-kejadian hidup berjalan dan kita tidak tahu apa rencana Allah buat hidup semua hamba-hambaNya. Kita sering membuat nilai dan kesimpulan tanpa analisa yang dalam atas semua kejadian yang ada. Kita hanya tahu sepotong-sepotong dari seluruh kejadian. Dan tidak jarang kitapun sering berprasangka buruk kepada Allah atas sebuah kejadian hidup yang kita alami, sering kita kecewa dengan sebuah kejadian, tapi kita tidak menyadari ada 'rencana indah' dibalik kejadian itu, tapi kita terlalu dini untuk menyimpulkan dengan berprasangka buruk kepada Allah Sang pemilik hidup ini, Oleh sebab itu janganlah kita selalu menilai semua kejadian hidup kita secara sepotong-sepotong atau sepenggal-sepenggal, karena Allah pasti punya rencana buat hidup semua hamba-hambaNya, dan semua rencana Allah itu pastilah 'Indah' dan yang pasti keindahan rencana Allah itu akan terlihat indah 'tepat' pada waktunya. Inilah cerita yang Ibuku sampaikan pagi ini sesaat setelah aku melakukan sholat shubuh tadi, dan aku sangat terkesima sekali dengan kisah yang Ibuku ceritakan itu, bahwa kita selalu saja melakukan kekhilafan dan kesalahan baik yang disengaja atau tidak dan baik yang kita sadari atau tidak, itulah sebabnya Ibuku mengajarkan aku untuk selalu melakukan pertobatan disetiap saat, bukan saja kita melakukan pertobatan disaat kita menyadari semua kesalahan yang kita lakukan, tapi kita juga harus bertobat atas semua kesalahan kita termasuk yang luput dari kesadaran kita. Terima kasih Ibu..., Ibu memanglah cahaya hidupku, karena Ibu maka aku bisa selamat dalam hidup ini, aku sangat menyayangi dan sangat mencintaimu Ibu..., I do love you Ibuku... Salam Kompasiana, Titi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H