[caption id="attachment_87766" align="alignleft" width="308" caption="Anak menabung, image from diary-bojongsoang.blogspot.com"][/caption] Banyak para ibu mengeluhkan kebiasaan anak-anaknya yang boros dan banyak jajan di sekolah, diberi uang berapapun jumlahnya pasti habis dijajankan, bahkan masih merengek lagi dan selalu merengek minta uang buat jajan. Dimanakah letak kesalahan ini bisa terjadi pada anak-anak kita?, faktor lingkungan yang dominan mempengaruhi anak?, kebiasaan kita memberikan uang jajan secara royal?, atau alasan lain seperti dari pada anak rewel ya...diikuti saja semua kemauannya? Sesungguhnya yang sangat berperan membuat anak kita menjadi boros atau penjajan adalah kita selaku orang tuanya, dan kadang hal ini kurang atau bakan tidak disadari oleh orang tuanya, kesalahan itu bisa berupa tanpa sadar kita sering memberikan contoh pemborosan ini pada anak-anak kita, seperti kebiasaan para ibu yang juga suka jajan makanan diluar apa yang ada dirumah, atau ketakutan anak kita kelaparan bila berada di luar rumah, si ibu yang terlalu sibuk dan kadang malas menyediakan makanan-makanan kecil di rumah dan masih banyak lain-lainnya. Untuk merubah semua kebiasaan boros ini sesungguhnya harus diawali dari rumah, karena anak akan menjadi baik bila dirumah dididik dengan baik, salah satu ungkapan pakar pendidikan anak mengatakan, pendidikan anak adalah tanggung-jawab kedua orang tuanya, bila orang tua lengah, maka pendidikan anak akan diambil alih oleh lingkungannya, termasuk kebiasaan jajan ini. Lalu bagaimana bila kebiasaan jajan ini sudah terlanjur terjadi pada anak-anak kita?, apakah akan kita biarkan saja?, kita mengalah saja pada anak?, atau ada kiat lain yang dapat merubah kebiasaan ini? Methode yang biasa ibu-ibu lakukan adalah dengan memberikan punishment (hukuman), artinya anak kita diberikan sanksi bila melakukan kesalahan, cara ini tidak sepenuhnya efektif, kadang efek jera yang diharapkan akan berbalik menjadi perlawanan yang gigih dari si anak. Lalu cara apa yang efektif untuk merubah anak-anak kita agar tidak boros lagi ? Ada methode sederhana yang dulu dilakukan ibu saya, saat saya masih di usia SD, yaitu methode rewards (umpan balik/imbalan), methodenya sederhana saja yaitu dengan memotivasi anak agar mau menabung, tapi tanpa disadari oleh anak-anak kita. Caranya begini: Adik ini ibu kasih uang Rp. 2000,- ya... buat uang sakumu, kalau kamu bisa menghemat dari uang yang ibu kasih ini maka sisa yang kamu hemat itu akan ibu berikan bonus tambahan sejumlah uang yang bisa kamu hemat. Sebagai contoh dari uang saku yang diberikan Rp. 2000,- ini, bila yang di jajankan hanya Rp. 1000,- dan sisanya yang dibawa pulang Rp. 1000,- maka ibu akan menambahkan Rp. 1000,- lagi keesokan harinya pada si anak saat memberikan uang saku. Jadi si anak akan mendapat Rp. 2000,- ditambah Rp.1000,- (rewards) menjadi Rp. 3000,- Bila sianak hanya bisa membawa uang sisanya Rp. 500,- maka rewardnya menjadi Rp. 2000,- ditambah Rp. 500,- menjadi Rp. 2500,- Jadi intinya kita akan memberikan rewards sebesar jumlah 'uang sisa' yang berhasil si anak bawa pulang. Makin besar uang yang dibawa pulang (dihemat), maka makin besar pula rewards yang akan diperoleh si anak dan hasil rewards ini dimasukkan ke dalam celengan untuk di tabung sehingga di waktu yang tepat tabungan/celengan ini dapat di gunakan buat segala keperluan si anak itu sendiri, seperti membeli mainan kesukaannya, membeli buku-buku dan keperluan sekolahnya dan lain-lain sebagainya. Manfaat yang akan kita rasakan adalah kita memotivasi si anak untuk berhemat, karena si anak akan mengharapkan rewards yang semakin besar dari si ibu, sehingga anak akan berusaha mengurangi pengeluarannya sendiri dengan menghemat uang jajannya. Dan si ibu akan berusaha memenuhi janjinya kepada si anak untuk memberikan rewards itu dan tanpa disadari, si ibu ini akan menabung 'uangnya sendiri' buat kebutuhan anaknya di masa yang akan datang dengan tambahan manfaat lain karena si ibu sudah mendidik anaknya untuk berhemat (motivasi diri si anak). Inilah methode sederhana yang ibu saya lakukan dulu kepada saya, saat saya masih di usia SD hingga SMP, dan hasilnya sangat nyata, sekarang saya menjadi anak yang pandai mengatur keuangannya sendiri. Selamat mencoba ya... Salam Kompasiana, Titi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H