Lihat ke Halaman Asli

Tristan Jari

Kata dapat mengubah segalanya

Bagaimana Jika Mulai Lagi? (Kata yang Tak Terucap)

Diperbarui: 11 Juli 2024   01:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar Pribadi

Akan selalu ada kata yang tak terucap. Tersimpan di sudut hati yang mungkin tak dihiraukan karena riuh pikiran yang bergemuruh mengejar waktu. Aku, kamu, kita semua tak pernah tahu kapan kata itu akan berubah menjadi ledakan emosi yang menyeruak tanpa permisi.

Berdiri sendiri dengan mantap karena tak ingin goyah bukanlah jalan untuk mendewasakanmu. Bertanggungjawab bukan berarti meninggalkan dirimu sendiri di sudut ruang yang dingin dan tak tergapai. Kata yang tak terucap mungkin akan membawamu pada kesendirian yang rumit.

Bisa saja kita bersembunyi dibalik riang, bisa saja senyummu merekah dengan maksud menyembunyikan gundah, tetapi akan selalu ada yang memahamimu. Jika saja sedikit menenangkan keresahan dan menerima dirimu sendiri, tak perlu kau menyembunyikan kata. 

Yang tersisa saat ini adalah "waktu". Kata mungkin tak terucap, tetapi waktu tak akan pernah terlalu lama menyimpan kekhawatiran. Ia akan lelah karena terbebani cukup lama, kita pun akan begitu. 

Yang tersisa saat ini adalah Ia yang akan menarik kata itu keluar dari hatimu karena Ia selalu menyediakan tempat bagimu untuk pulang dan berkeluhkesah. Serumit apapun hidup, tak akan lepas perhatian-Nya padamu. 

Kata yang tak terucap takkan pernah pergi jika tak melepaskannya. Ia akan tetap tinggal menggerogoti hati, membuat  hidup seperti "mati" , tak berarti!, menyisakan racun yang terus tenggelam mengendap, menghitam hingga menutupi semua rasa lalu kita gelisah karena tak bisa kembali.

Lepaskan ceritamu tentang kata. Derita, kecewa dan air mata bukanlah petaka, itu hanya jalan menyayangi diri di tengah runyamnya isi kepala dan hati. Bagaimana jika mulai dari awal lagi?

Selalu ada kisah untuk kembali diceritakan nanti dengan senyum terbaik. Seperti kehidupan "mengerjaimu", kau juga akan selalu lincah menghindarinya. Karena jika kau tak lincah, dari awal memulai kau sudah akan berhenti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline