Free energy adalah wujud keinginan luhur agar setiap manusia bisa mendapatkan akses energy secara gratis tanpa menimbulkan polusi. Sayangnya, hampir semua penelitian Free Energi berakhir dengan satu kesimpulan, yaitu GAGAL. Namun ada dua jenis kegagalan.
Peneliti Free Energy tak hanya para Profesor, tapi juga oleh orang-orang yang tidak memiliki dasar kompetensi fisika. Jadi ada banyak penelitian oleh orang-orang yang tidak berkompeten mengalami kegagalan secara teknis. Kasus seperti ini juga yang menimpa penelitian Blue Energy di Indonesia. Penelitian itu gagal total meskipun SBY pernah memberikan perhatiannya.
Kegagalan jenis kedua adalah kegagalan yang berkaitan dengan nasib sang peneliti, biasanya dialami oleh para doktor dan profesor. Fasilitas penelitian free energy milik Dr, Nikola Tesla dirobohkan dan pendanaannya dihentikan oleh JP Morgan hingga Tesla jatuh miskin banyak hutang (eng.utah.edu). Teknologi free energy dari Dr. Adam Trombly diambil alih secara paksa oleh pihak tak dikenal (www.panacea-bocaf.org). Dr, Mallove dari MIT, peneliti free energy, ditemukan tewas mengenaskan (nbcconnecticut.com). Dan masih banyak lagi.
Kehancuran Tesla adalah momentum kegagalan penelitian free energy. Karena kegagalan itu melibatkan JP Morgan, maka muncul berbagai kecurigaan adanya konspirasi untuk menghalangi pengembangan free energy, mengingat JP Morgan identik dengan para bankir yang diberi label konspirator. Tentu saja ada pihak yang membantah konspirasi ini. Ada pula yang membantah bahwa free energy adalah hal yang mustahil karena tidak mungkin memproduksi energy dari tiada menjadi ada.
Jika saja kita bisa bertemu dengan Pak Joko, penggagas Blue Energy, mungkin kita juga akan merasa bahwa Blue Energy bukanlah hoax. Demikian pula jika kita bergaul dengan peneliti free energy maka kita akan mudah percaya bahwa free energy bukan hal yang mustahil. Baik peneliti abal-abal maupun peneliti sungguhan. Hal ini karena free energy memiliki logika sederhana begini:
Einstein bilang kalo benda tidak mungkin bisa bergerak melebihi kecepatan cahaya. Lalu darimana energy yang menahan benda agar tidak bergerak melebihi kecepatan cahaya? Jawabnya: karena energi ada dimana-mana. Dimana ada ruang-waktu, disitu energi itu ada. Berangkat dari logika seperti ini, akan mudah dibuat penjelasan mengenai free energy.
Bayangkan jika mesin free energy itu ada, maka setiap orang akan bisa mendapatkan akses untuk memenuhi kebutuhannya. Padang gurun bisa disulap menjadi kebun yang subur. Malam hari, tanaman bisa terus berfotosintesa sehingga produksi pangan meningkat. Dan seterusnya hingga tak ada lagi rakyat miskin.
Tapi bagaimana jika ada orang-orang yang bernafsu ingin berkuasa? Energy akan digunakan untuk memusnahkan sesama manusia, free energy bisa membuat manusia punah! Sebab manusia yang ingin berkuasa biasanya akan menganggap manusia lainnya tidak berharga, bukan?
Saat ini, ada orang-orang yang bernafsu ingin berkuasa, sistem demokrasi membuat orang-orang bernafsu ini makin tumbuh subur. Makanya, free energy jangan sampai muncul! Jika memang ada konspirasi untuk mencegah munculnya free energy, maka konspirasi itu adalah kehendak Tuhan agar manusia tidak memusnahkan dirinya sendiri.
Pada tahun 1895, Lord Kelvin, ilmuwan besar sekaligus ketua The Royal Society menyatakan bahwa benda yang lebih berat daripada udara tidak mungkin bisa terbang. Pernyataan ini didukung dengan bukti-bukti ilmiah yang berkembang saat itu. Delapan tahun kemudian, pesawat terbang mulai melayang di Kitty Hawk.
Saat ini, banyak ilmuwan yang juga menyatakan bahwa free energy adalah hil yang mustahal. Tapi aku lebih percaya kepada Tuhan, jika Tuhan menghendaki maka tak ada yang tak mungkin.