Latar Belakang
Bertambahnya populasi penduduk membuat pemerintah dan berbagai perusahaan swasta berlomba-lomba untuk menggusur lahan pertanian maupun lahan bekas hutan untuk pembangunan bidang properti. Hal ini membuat pemanfaatan hutan maupun pertanian menjadi terganggu, dan cara mereka untuk memanfaatkan lahan bekas hutan tersebut terbilang kasar serta tidak memedulikan dampak dari lingkungan sekitar.
Erosi tanah, kelangkaan air, energi, dan keanekaragaman hayati menjadi permasalahan lingkungan global sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk. Kami menyadari bahwa kegiatan pembangunan tidak hanya menghasilkan manfaat tetapi juga mengandung risiko serta efek negatif. Kegiatan pembangunan yang berpotensi mempengaruhi degradasi lahan antara lain deforestasi, industri, pertambangan, perumahan, dan kegiatan pertanian itu sendiri. Jika kegiatan ini tidak dikelola dengan baik, mereka akan menyebabkan degradasi lahan pertanian, membuat pertanian berkelanjutan dan ketahanan pangan dalam bahaya.
Erosi tanah menimbulkan permasalahan yang luas, baik dari kerusakan sifat fisik, kimia, dan biologi pada tanah. Hal ini bisa menyebabkan penurunan kapasitas infiltrasi dan kemampuan tanah dalam menahan air, penurunan struktur tanah, serta pengurangan struktur organik pada tanah karena proses erosi. Kerusakan tanah akibat erosi secara menyeluruh dikemukakan oleh Lal dan Stewart (1998) (Nono Sutrisno, 2013). Pengaruh akibat erosi tanah bisa menimbulkan gangguan terhadap pertumbuhan tanaman, penimbunan lahan pertanian, pendangkalan sungai, banjir, kekeringan, kerusakan ekosistem pertanian, serta terjadinya degradasi lahan.
Degradasi atau degradasi tanah merupakan masalah global utama di abad ke-20 dan tetap menjadi isu penting dalam agenda internasional abad ke-21. Proses penurunan produktivitas lahan dengan sifat sementara atau tetap biasa dikenal dengan lahan kritis. Lahan pertanian atau bekas hutan yang terdegradasi tidak dapat dipulihkan dalam waktu singkat, dan akan terus menyebabkan permasalahan hilangnya keanekaragaman hayati pada ekosistem hutan.
Penyebab, Dampak, dan Upaya Mengatasi Degradasi Lahan
Di negara ini penyebab utama degradasi hutan adalah erosi yang disebabkan oleh penurunan sifat fisik dan kimia tanah. Hal ini dapat terjadi karena pemadatan tanah yang disebabkan penggunaan alat berat yang perlahan merusak struktur tanah, Penyebab degradasi selain erosi biasa ditandai dengan bencana banjir, kekeringan, dan tanah longsor.
Dampak degradasi lahan bisa menyebabkan penurunan produktivitas pangan yang bisa berakibat fatal. Mengingat pertanian di Indonesia sangatlah penting dan berpengaruh terhadap bidang ekonomi dan sosial. Selain itu fungsi lahan dan infrastruktur pertanian dapat terganggu dan tidak bisa berproses secara maksimal. Upaya mengatasi degradasi lahan di Indonesia diperlukan peran mahasiswa pertanian dan kehutanan untuk mengedukasi serta para petani agar menerapkan teknik konservasi tanah untuk mengendalikan degradasi dan memperbaiki serta meningkatkan kualitas tanah.
Menghentikan Hilangnya Keanekaragaman Hayati
Indonesia dikenal dengan negara yang subur dengan tanah kaya akan mineral, dimana tanaman dapat tumbuh dengan berbagai macam produktivitas tanaman yang tinggi. Memiliki beragam ekosistem pada setiap habitat dan beragam jenis tumbuhan serta hewan berpotensi sebagai sumber pangan, sumber bahan obat, dan bahan baku industri. Maka dari itu sangat penting keberadaan hutan yang merupakan sumber keanekaragaman hayati.
Penurunan keanekaragaman hayati juga menghasilkan lebih sedikit manfaat bagi ekosistem dan pada akhirnya menjadi ancaman langsung terhadap ketahanan pangan yang mempengaruhi makhluk hidup. Faktor penurunan keanekaragaman hayati memiliki beberapa penyebab seperti peningkatan populasi, pola konsumsi, dan sumber daya yang tidak efisien. Jika dalam skala global faktor penyebab penurunan keanekaragaman hayati merupakan hilangnya habitat, eksploitasi berlebih, polusi, dan perubahan iklim.