Lihat ke Halaman Asli

Tiska Dwi

Mahasiswa

Sahabat Angka

Diperbarui: 8 September 2022   12:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Matematika, pernah membuatku tidak suka padanya, tetapi orang tuaku mengenalkan matematika dengan cara yang berbeda sehingga aku tertantang untuk memahamimya. Saudaraku sangat mendukung untuk memahami matematika karena bagi mereka matematika adalah teka-teki yang harus dipecahkan.

Saat aku kelas dua SD, aku terbentur dengan pelajaran perkalian Matematika, aku tidak fokus dengan pelajaran guru, dan tidak bisa memahaminya. Ibu guru memberi PR. Sesampai di rumah aku lupa ada PR, aku meminta bantuan ayah menyelesaikan PR. Saat ayah menjelaskan, aku tidak faham karena saat itu kondisiku lelah dan mengantuk. Ayah marah karena aku tidak faham juga dengan penjelasan dari beliau sehingga ayah tidak mau lagi membantuku menyelesaikannya. Begitu juga dengan ibu. Dalam kondisi mengantuk saya tetap kerjakan PR, walaupun aku hanya mampu menjawab satu dari lima soal.

Bel masuk berbunyi. Semua siswa berlari ke kelas dan duduk menunggu guru. Saat guru masuk beliau berucap, “Kumpulkan PR di atas meja ibu.” Semua siswa mengumpulkan PR-nya. Saat guru membagikan Kembali buku yang telah diperiksa. Semua Bahagia karena mendapat nilai yang memuaskan, kecuali aku karena mendapat nilai dua puluh. Aku sangat iri kepada teman-temanku, sangat terpukul dan sedih. Bukan karena nilai, tapi karena guru men-judge aku bodoh. Kemudian, aku diadukan ke orang tuaku. Aku pun mengubah cara belajar dan mengurangi bermai

Pada malam harinya, ibu memeriksa buku yang ada di dalam tasku dan menemukan angka dua puluh hasil PR yang aku kerjakan sendiri. Aku takut ibu akan memarahiku lagi dan aku telah bersiap-siap untuk mendengarkan marah dari ibu. Namun, apa yang terjadi? Ibu sama sekali tidak marah padaku, melainkan ibu mengajarkanku lagi sampai aku benar-benar mengerti. Aku sangat bangga dengan tindakan ibu. Memang untuk bisa tidak selalu degan kemarahan.

Setiap malam aku selalu mengulang pelajaran dan mengerjakan PR jika ada. Hal demikian berlanjut hingga satu bulan lebih karena saya adalah tipe anak yang gampang bosan. Ibu sangat mengenal sifatku hingga akhirnya ibu mengajak aku bermain. Malam demi malam setelah beberapa menit belajar, aku selalu bermain Bersama ibu. Banyak permainan yang diajarkan ibu dan semua permainan mengandung unsur pelajaran. Terutama unsur hitung-menghitung. Menurut ibu belajar tidak selalu dengan buku dengan bermain pun sudah termasuk belajar.

Semakin lama nilai matematika saya semakin membaik. Ibu guru pun tidak men-judge ku sebagai anak bodoh lagi. Semenjak itulah aku lebih menyenangi pelajaran matematika. Dari semester ke semester selanjutnya, nilai matematikaku selalu membuat saya bangga karena tak sedikit dari anak-anak di kelasku mendapat nilai matematika yang pas-pasan. Bahkan, ada yang merah pada pelajaran matematika.

Aku ingin teman-teman juga pandai matematika, jika ada teman-teman yang kurang mengerti dengan pelajaran. Aku menjelaskannya hingga faham. Tidak jarang pula teman-teman pergi ke rumahku untuk mengerjakan soal matematika. Hal demikian membuatku untuk saling berbagi ilmu dan menghilangkan sifat sombong karena ilmu itu samakin dibagi. Semakin ingat untuk bisa diingat.

Hal yang tidak saya sangka adalah nilai UN Matematika yang tertinggi dibanding pelajaran lain. Semua tidak lepas dari ilmu yang diberikan guru, dukungan orang tua, teman-teman yang selalu menemaniku dan tak lupa semangat dari diri sendiri.

Dengan demikian, jangan pernah kita menganggap matematika itu sebagai pelajaran yang sulit karena aku telah membuktikan bahwa matematika itu tidak sesulit yang kalian bayangkan. Kita hanya butuh lebih dekat lagi dengannya dan mengenalinya lebih dalam, maka akan mudah kita untuk memahaminya. Menurutku, matematika itu adalah sebuah permainan yang harus dicoba. Jika kita tidak mau mencobanya, maka kita tidak akan bisa ikut bermain.

Dalam menyikapi sebuah kehidupan setiap orang memang berbeda-beda, tapi Allah telah menjamin ujian itu akan berbalas kebaikan. Aku yakin, kita semua bisa menghadapi ujian di dunia dan aku yakin kita semua bisa menggapai sebuah mimpi dan cita-cita yang didamba-dambakan. Sebelum memulai pekerjaan apapun awali dengan membaca bismillahirrahmanirrahim. Jangan lupa juga berdoa, berdzikir kepada Allah, ikhtiar lalu tawakkal. Tanpa itu semua pekerjaanmu akan sia-sia.

Ingatlah bahwa ada dua orang tua di sisimu yang selalu menunggu kebahagianmu. Mereka adalah orang yang berjuang keras demi kehidupanmu. Mereka adalah orang yang patut kamu bahagiakan. Maka berhenti dari sekarang untuk memikirkan hal-hal yang tidak penting. Jangan lagi membandingkan hidupmu dengan orang lain. Kita tidak tahu sampai kapan tuhan memberi kita kesempatan untuk tinggal di buminya. Maka selagi ada waktu, bahagiakanlah orang-orang di sampingmu dengan kebahagiaanmu juga. Tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki yang telah usai.Tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki yang telah usai. Gali terus potensi diri, fokus menggapai cita-cita, dan percayalah pada setiap usaha yang kamu lakukan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline