Lihat ke Halaman Asli

Tirta Adithiya nugraha

sedikitpi mahanganggur

Dongeng tentang Surat

Diperbarui: 24 Januari 2021   22:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kata - kata berubah menjadi lanskap
Ada rindu berselimut pelangi bunga - bunga disisipkan
Menghasutmu membaur pada cendramata
Surat yang kau genggam

Kata - kata tumbuh menjadi pohon
Menghiasi bilik kamarmu yang
Sepi ditemani teman cahaya
Pelukan dari angin

Surat membawakanmu kekasih
Menjelma liris memeluk hati
Menarik senyum debu disekitar
Pelupuk jiwamu

Surat berganti dari hari
Menuju detik menuju
Menit. Menuju dingin
Waktu digital senyap
Mengiris kesadaran dari
Lahirnya detik pertama
Membengkak dua, satu :
Nol, nol

Lambaian biru pada jendela
Memaku mata mencoba menarik ketiadaan kata
Seolah kau ada disana
Namun tak ada disana.
Kau diam dan tak ada
disana atau tidak ada
Disana tetapi ada disana

Bolak balik jemari
Terperangkap terang gelap
Digital menggigitnya masuk
Ke dalam menyelam pada
Pencaharian melupakan
Barisan kata yang tercecer
Tak ter-urus pada nol, nol
nol
nol.

Lalu;
Foto tersemat kanvas ceritamu
Membiarkan mata terpaku oleh biru
Dan aku benci dongeng
Tentang surat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline