Lihat ke Halaman Asli

Tirta Adithiya nugraha

sedikitpi mahanganggur

Debu Musim Dingin

Diperbarui: 6 November 2020   04:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kau melihatku seperti aku hanyalah lumbung padi mati pada
Bulan Januari meski
Seperti itulah tubuhku
Memang,
Lantas apalagi. Telah kubunuh semua yang pantas kubunuh dan
Kugantung mereka di alun - alun sebagai perayaan
Aku yang terbebas
Pada hidup kemanusiaanku

Aku telah menjadi debu pada musim dingin yang sunyi terlontar
Badai mati di hilir tuli. Bahkan mentari yang kau sematkan pada riak - riak embun
Pagimu
Hanyalah peduliku suram
Menantang diri mencapai makna
Kebebasan

Aku adalah penyendiri dan
Tak ada yang tahu jalan hening pada mimpi si penyendiri meski
Kaki telah berdarah - darah akan pecah beling dan
Lepuh, api yang mati menyisakan
Bara di sisa - sia jalannya.

Aku hanyalah rajam yang tersenyum kepada
Buih - buih pesta, nona - nona manis yang menunggu
hiburan malam -
malam semai
Diantara bulan indah
dan tanah - tanah
Tandus hujan
Kota - kota abadi

Samata, 5 November 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline