Lihat ke Halaman Asli

Tirta Adithiya nugraha

sedikitpi mahanganggur

Kutukan Sisifus

Diperbarui: 30 Oktober 2020   18:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://rmol.id/

Kepada seorang wanita aku
terpukau. Aku merenung dan
terbungkus cinta dalam kata - kata.
aku melebarkan sayap kepada
pesona dan keagungan. Kepada
wanita yang kucinta itu.

Rasaku seperti terbakar, dan tali
menguat, genggamku erat. Kau
terciptalah untukku. Sayang.

Kubayangkan kita telah bersama,
berumah tangga. Aku datang, kau
duduk, kudekap kau erat pada
kejutan. Sedang kau sibuk dalam
rajutan penghangat baju anak kita.

Lalu waktu seolah menjadi indah
dan indah dan indah. Senja begitu
mengkilau. Rasaku begitu bahagia
karena kita yang bersama.

Lalu pada pagi hari, aku terbangun
pada mimpi, kubertemu denganmu
dan aku menjadi acuh tak acuh.
Merasa berdosa diriku yang di
imajinasi.

Seolah bertindak kasar, membuang
muka. Sedang aku tak dapat
terlena akan wajah manis bidadari
dihadapan. Paku telah menusuk
kepala, menancapkan mata kepada
wajah diseberang sana.

Siang - malam hilir - mudik kata -
kata teruntai kepada pesona.
cintaku lahir padamu dan tumbuh
kepada kata -- kata lalu terhenti pada
imajinasi lain. sedang kadang,
wajah itu lupa aku gambarkan.

Tidurku singkat, siangku padam.
Dan hentakan - hentakan kakiku
lebur oleh pesona seorang wajah.
pada akhirnya aku bermain dengan
hakikat cinta, meraba pada tembok-
tembok pembatas akan radikal :
sampai dimana cinta dapat
berkembang?

Kuberjingkat pada kata, "cinta
tumbuh pada terbiasa." Lalu
surau suara parauh kontrakdiksi
berbeda pandang. Saling mengadu,
kekuatan gombalan. Dan
kuputuskan untuk kita biarkan
ruang menghakimi, dan biarkan rasa
menguar begitu saja.

Lagipula selain itu, aku bermantel
pesimis dan munafik, narsis!
kupaham kau begitu mempesona,
tetapi apa daya,monyet ini tak
punya apa - apa selain batu dan
kata - kata. Dan cinta hanya sebatas
kata - kata, yang dibacakan
perangai malam tersematkan
harapan. Dan harapan, agar ini
Jepang dan kau peka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline