Tidak sengaja membuka lebaran lama dalam catatan buku agenda usang dan juga berdebu, sebuah catatan kecil tepatnya ketika aku masih getol malakukan perlawan atas segala kebijakan pemerintah yang tidak berpihak dengan rakyat, khususnya dalam kebijakan menaikkan harga BBM. Aku baca ada yang tidak beres dengan rezim baru ini?. karena berbeda dengan rezim-rezim sebelumnya. Masih dalam musim bulan madu, di tengah hangatnya kamar pengatin, Jokowi–JK menghadiahkan kado istimewa kepada seluruh rakyat Indonesia, yaitu kenaikkan harga BBM sebesar Rp. 8.500,- berjenis Premium yang sebelumnya hanya Rp. 6.500,- disamping itu harga solar juga turut dinaikkan ditengah harga minyak dunia yang lagi turun-turunya.
Tidak mengerti apa dan siapa di balik kebijakan ini?, tapi Nampak jelas Rezim Jokowi-JK sangat kekeh untuk menaikkan harga BBM. Apa yang menarik dalam catatan usang ku?, yang dapat ditarik dalam catatan ku terdahulu, dapat menjadi asumsi dasar mengenai harga pantas untuk BBM di Indonesia. Perhitungan sederhana megenai tarif BBM buat kita masyarakat umum yang nota bene bukan orang yang pintar apalagi dapat bersekolah tinggi di tempat kualiah yang bagus dan mahal..
Rumus cukup sederhana, dalam menentukan seberapa pantas harga BBM saat ini, pertama cukup kita mulai dengan mencari berapa nilai tukar Rupiah terhadap dollar. Kita anggap saja 1 USD = Rp. 10.000 (meski sekarang dolar telah tembus Rp. 12.000,-), dan kedua harga minyak mentah dunia USD 65 per barrel (harga minyak dunia terus merangkak turun), serta ketiga biaya untuk mengangkat minyak dari perut bumi (lifting) + biaya pengilangan (refining) + biaya transportasi rata-rata ke semua pompa bensin = USD 10 per barrel. 1 barrel = 159 liter. Jadi agar minyak mentah dari perut bumi bisa dijual sebagai bensin premium per liternya dikeluarkan uang sebesar (USD 10 : 159) x Rp. 10.000 = Rp. 628,93 – kita bulatkan menjadi Rp. 630 per liter.
Harga minyak mentah USD 65 per barrel. Kalau dijadikan satu liter dalam rupiah, hitungannya adalah : (65 x 10.000) : 159 = Rp.4,088.05. Kita bulatkan menjadi Rp. 4.100. Maka jumlah seluruhnya = Rp. 4.100 + Rp. 630 = Rp. 4.730. kalau boleh kita bulatkan kembali untuk menjadi harga jual di pasaran menjadi Rp. 6.000,-.
Maka kalau disimpulkan dengan total harga kenaikkah BBM Rp. 8,500,- berarti rakyatlah yang sebenarnya yang sedang mensubsi pemerintah, yaitu kisaran Rp. 1.500,- per liternya.
JOKOWI PEMIMPIN HARAPAN RAKYAT
Ya. Tampang lugu, sederhana, dan rakyat banget menjadi pemicu naikkanya popularitas Jokowi saat pilpres musim lalu. Namun wajah yang rakyat banget tersebut tidak menjadi alasan jokowi itu pemimpin yang merakyat – hal ini sangat kontras slogan Jokowi adalah Kita.
Sederet harapan rakyat yang bergantung ke Pemerintah yang terpilih menjadi mengantung. Jokowi hanya tetap menjadi pendekar blusukan, jalan-jalan keliling Indonesia bahkan dunia, mungkin ini yang tidak berubah dari Jowoki.
Dampak kenaikan harga barang akibat kenaikkan BBM sudah tidak terbendung, dari mahalnya tarif jasa angkutan umum, harga bibit sampai ke harga pupuk. Menjadi wajar harga barang di pasaran seperti harga beras yang sudah mencapai Rp. 11.000 per kilo atau harga cabai yang tembus hingga senilai Rp. 100.000,- per kilo. Fantastik, mablus, sungguh Hebat Indonesia di bawah kepemimpinan Jokowi-JK.
HADIAH NATAL DAN TAHUN BARU UNTUK INDONESIA
Tradisi mesias dalam agama nasrani atau dikenal dengan juru selamat sudah terlanjur dialamatkan kepada Jokowi. Harapan yang begitu besar untuk memberikan perubahan yang fundamental tidak berbanding lurus dengan tindakan si Juru selamat. Perayaan Natal yang dikuti dengan tahun baru yang menjadi libur panjang akhir tahun bagi masyarakat Indonesia kebanyakan tidak meyediakan ruang relaksasi yang mendamaikan.
Yang jelas, ruang publik sekarang sudah disesakkan oleh dagelan politik, karena makin sesaknya rakyat rela mencekik dirinya sendiri agar dapat terbebas dari cerita konyol sang mesias si pahlawan blusukan. Dari masuk gorong-gorong, lompat pagar, hingga naik tower. Sudahlah, stop sampai disini drama konyol ini, ini bukan masa kampanye lagi, rakyat juga tidak makan kartu, cukup realisasikan saja nawa cita dan trisakti yang dijanjikan di saat kampanye berlangsung. Karena yang betul-betul diinginkan rakyat adalah pemimpin yang hadir dalam setiap persoalan bangsa.
Kita berharap Tuhan membukakan hati Jokowi-JK agar dapat mendengar jeritan Rakyat, bukan dengerin apalagi nurutin perintah Asing atau si Aseng, New York, pentagon atau apalah namanya. Dalam kasih damai Tuhan, mumpung musim indah di pantai perminyakan dunia segeralah koreksi kebijakan kenaikan BBM dan stabilkan semua harga barang, dan mumpung disisa akhir bulan madu, Jokowi-JK sekuat mungkin seharusnya memproduksi kesejahteraa dan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sebelum peta dunia belum berubah, dan pendukung yang kecewa berbalik arah. Maka kerjalah yang nyata untuk rakyat, kalau tidak dari sekarang kapan lagi..!!! karena stabilnya pemerintah hanya 3 tahun, karena memasuki tahun ke 4-5nya sudah masuk masa kampanye kembali.
Mudah-mudahan koreksi harga BBM akan menjadi kado Natal dan Tahun baru yang terindah sepanjang sejarah kita di Indonesia, semoga kasih damai Tuhan memberkati kita pada tahun ini. Jika tidak, maka tahun depan akan menjadi bencana dan permusuhan di antara kita sesama bangsa Indonesia.
Semoga tidak demikian akan adanya. Kita berdoa kepada Tuhan……Amen
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H