Lihat ke Halaman Asli

Maling Korupsi yang Semakin Tidak Tahu Malu

Diperbarui: 24 Juni 2015   23:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PENYAIR Taufiq Ismail pernah menulis sebuah puisi berjudul “Malu Aku Jadi Orang Indonesia”. Taufiq Ismail menyuarakan perasaan hatinya yang terkoyak melihat apa yang terjadi di Tanah Airnya tercinta. Ketika langit akhlak runtuh, ketika hukum tak tegak, Taufiq Ismail tidak berani berdiri tegak.

Hatinya semakin tersayat ketika selingkuh birokrasi peringkatnya di dunia nomor satu. Apalagi ketika melihat sekongkol bisnis dan birokrasi dilakukan secara terang-terangan. Orang tidak malu ketika kekuasaan dipakai untuk kepentingan anak, kemenakan, sepupu, dan juga cucu.

Jeritan hati yang disampaikan Taufiq Ismail pada tahun 1998 ternyata juga tidak berubah. Sistem politik besar boleh berubah dari otokrasi menjadi demokrasi, kita boleh mengganti pemimpin yang lama dengan yang baru, namun perilaku orang-orang yang berada dalam kekuasaan tidak berubah.

Korupsi, kolusi dan nepotisme tetap saja marak terjadi di negeri ini. Dan semua itu dilakukan tanpa malu-malu. Bahkan ketika kasusnya terungkap dan diekspos oleh media massa, pelaku itu bisa tampil dengan penuh percaya diri, tertawa-tawa, dan kemudian dengan enteng menyampaikan permohonan maaf, karena sebagai manusia biasa ia bisa berbuat salah.

Itulah yang antara lain kita lihat dalam kasus dugaan korupsi pengadaan Al Quran. Setelah beberapa hari menghilang, anggota Komisi VIII DPR Zulkarnaen Djabbar kemarin tampil di DPR. Ia menggelar jumpa pers berkaitan dengan kasus yang menimpa dirinya.

Zulkarnaen menolak jika dikatakan dirinya menghilang. Ia berterima kasih atas kasus yang telah diungkapkan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi. Ia akan mempertanggungjawabkan semua perbuatannya. Ia mengatakan bahwa apa yang dilakukannya tidak terkait dengan kepentingan partai. Ia meminta maaf telah membuat repot banyak pihak, termasuk juga keluarganya.

Anggota Komisi VIII dari Partai Golkar itu seperti ingin menyampaikan bahwa tidak ada persoalan yang sebenarnya terjadi. Ia tampak santai saja dan bahkan masih bisa tertawa-tawa. Bahkan ia mengajak wartawan untuk bertepuk tangan ketika jumpa pers yang dilakukannya usai.

Kita tidak tahu lagi apa yang sebenarnya tengah terjadi di negeri ini. Seperti dikatakan Taufiq Ismail, di mana sebenarnya akhlak mulia yang selama ini menjadi ciri dari bangsa ini. Di mana lagi rasa malu yang membuat kita selama ini tidak berani untuk berbuat keliru.

Padahal seperti diungkapkan oleh KPK, korupsi pengadaan Al Quran diduga dilakukan Zulkarnaen bersama anaknya Dendy Prasetya. Proyek pengadaan Al Quran dan laboratorium komputer untuk Kementerian Agama diberikan kepada perusahaan yang dimiliki anak Zulkarnaen.

Seharusnya orang malu ketika merugikan keuangan negara. Apalagi ketika kita memperkaya diri sendiri untuk proyek pengadaan Al Quran. Sungguh tidak pantas orang melakukan korupsi untuk kitab suci yang berisi firman-firman Allah, yang pesannya antara lain mengajak kita untuk menjauhkan dari perbuatan yang dilarang oleh-Nya.

Namun kita memang sudah kehilangan kepekaan. Korupsi tidak lagi dianggap sebagai aib. Orang tidak malu lagi ketika kedapatan melakukan korupsi. Bahkan korupsi dianggap sebagai sebuah mode. Korupsi dianggap sebagai panggung yang bisa mengangkat popularitas dari pelakunya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline