Lihat ke Halaman Asli

Darimana Memulai Perubahan?

Diperbarui: 26 Juni 2015   15:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

"Ayah, mengapa selalu pulang tengah malam ?" tegur Anggun, putri bungsuku, beberapa waktu berselang.

Dadaku seketika sesak. Jujur, ternyata teguran bocah 5 tahun jauh lebih membekas. Kata-katanya langsung menampar dan menohok keegoisanku. Kecerewetan anakku, memberi pelajaran dan kesadaran baru:

"proses dan eksperimentasi idealisme, perjuangan moral atau apapun sebangsanya, haruslah proporsional teraktualisasi antar ruang publik dan ruang domestik.

Teguran anakku, serta merta menggodaku mengintip kisah kebanyakan aktor-aktor yang dianggap sukses sebagai lokomototif perubahan. Dan yang tersimpul adalah:

Pembuat perubahan sesungguhnya bukan mereka. Tetapi ayah dan ibu yang telaten mendidik mereka. Buktinya, kebanyakan para aktor perubahan itu, tak mampu melahirkan generasi (turunan) yang mampu membuat perubahan seperti dirinya.

Malah saya pernah membaca sebuah kalimat berkesan dalam sebuah buku tua yang tipis. Sayang saya sudah lupa judulnya:

"Seorang pahlawan sejati, kebanyakan adalah ayah atau ibu yang buruk."

Jika kesimpulan dari fakta-fakta tersembunyi yang diungkap oleh buku itu benar, maka saya berdoa "semoga anakku belum sampai pada kesimpulan itu," harapku dalam hati sembari menguatkan tekad untuk belajar merubah diri. Tekad ini mengental ketika membaca renungan yang dituangkan oleh seseorang (anonim) dalam sebuah blog:

Ketika aku masih muda dan bebas berkhayal
Aku bermimpi ingin mengubah dunia…
Seiring dengan bertambahnya usia dan kearifanku
Kudapati bahwa dunia tak kunjung berubah

Maka cita – cita itupun agak kupersempit
Kuputuskan hanya mengubah negeriku….
Namun tampaknya hasrat itupun tiada hasilnya

Ketika usiaku makin senja,
dengan semangat yang tersisa
Kuputuskan untuk mengubah keluargaku,
Orang – orang yang paling dekat denganku….
Tetapi celakanya, merekapun tak mau diubah

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline