Lihat ke Halaman Asli

Ricky

Just ordinary people

Pengalaman Test BERA

Diperbarui: 21 November 2018   08:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

"Brain Stem Evoked Response Audiometry (BERA) adalah suatu tes yang digunakan untuk memperoleh stimulus listrik di batang otak terhadap rangsangan di indra pendengaran. Gelombang-gelombang yang dihasilkan tes BERA akan direkam oleh elektrode yang ditempelkan di kulit kepala. tes BERA ini pertama kali ditemukan oleh Jewett dan Williston pada tahun 1971." (Banuasehat.com)

Saya ingin share sedikit pengalaman melakukan test BERA di semester II 2018. Penjelasan mengenai BERA sendiri banyak tersedia via googling jadi tidak akan dibahas di sini.

 Test ini gampang-gampang susah. Gampang karena tidak perlu persiapan khusus seperti cek darah dulu atau puasa, hanya harus sehat betul tanpa pilek, batuk atau demam walaupun ringan. Susah karena klinik / rumah sakit yang menyediakan layanan ini tidak banyak. Dan kesulitan utama adalah kewajiban pasien (anak-anak) tidur pulas selama test, jadi tantangannya adalah menyamakan waktu pemeriksaan dengan jadwal tidurnya si kecil yang baru berusia sekitar dua tahun.

Setelah hunting, diputuskan test di klinik Kasoem Hearing & Speech Alam Sutra. Pertimbangannya sederhana, paling dekat dengan rumah. Di sini BERA hanya bisa dilakukan setiap Selasa dan Kamis dengan kuota maksimal dua pasien per hari. Baiklah, kami langsung booking jadwal kosong yang paling dekat which is dua minggu lagi.

Saat hari H, janjian jam 15:00, jam 13:00 kami sudah di TKP. Sesudah registrasi mulailah perjuangan membuat si kecil tidur. Enggak gampang menidurkan batita 2 tahun yang lincah kayak bola bekel, apalagi sebelumnya ia sempat tidur sebentar. Sesudah dua jam perjuangan akhirnya ia tidur juga lalu dibawa ke ruang terapi.

Pemeriksaan dilakukan per telinga, jadi kedua telinga tidak diperiksa bersamaan. Kebetulan ia tidurnya miring ke kanan maka telinga kiri diperiksa lebih dulu. Petugas memasang alat di telinga yang tersambung dengan mesin. Tidak lama, hanya sekitar 20 menit telinga kiri selesai ganti telinga kanan. Dengan hati-hati si kecil dibalikkan daaaan, ia terbangun, haha.

Maka dimulailah perjuangan tahap dua. Gimana caranya pokoknya ia harus tidur lagi, kalau enggak masa harus balik lagi minggu depan? Segala jurus dikerahkan, petugas pun keluar ruangan dulu untuk memberi privasi. Sesudah satu jam berusaha ditambah baca-baca doa dalam hati, si kecil tertidur lagi sudah dalam posisi telinga kanan siap diperiksa.

Petugas langsung dipanggil, set set set alat dipasang dan 20 menit kemudian selesai. Bertepatan pada saat itu si kecil bangun. Perfect! Kalau saja ia bangun lebih cepat 30 detik pastilah besok-besok harus balik lagi secara ia tidurnya sudah banyak.

Sambil berkemas kami sempat berdiskusi tentang macam-macam test pendengaran. Setelah mendengar cerita kami saat test OAE (Otoacustic Emissions) sebulan lalu, petugas menawarkan untuk mengulanginya karena menurutnya belum tentu hasilnya valid. 

Sebelum ini si kecil sudah menjalani test OAE dan hasilnya refer (gagal). Memang saat itu ia menangis dan bergerak-gerak padahal sebaiknya pasien diam. Tidak perlu tidur asal diam saja seperti patung. Ah, kalau begitu lebih mudah. Biarkan ia menonton video selama test, kebetulan test OAE tidak selama BERA.

Dan sesuai dugaan, setelah diulangi hasil OAE-nya ternyata pass (lulus) untuk kedua telinga. Thanks to God.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline