Lihat ke Halaman Asli

Keluarga Merupakan Rehabilitasi Paling Ampuh

Diperbarui: 12 Desember 2018   17:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: tribunnews

Klitih kembali terdengar gaungnya setelah beberapa bulan hilang dari perbincangan netijen.

Baru-baru ini tepat pada Jumat lalu (7/12/2018) dua orang remaja berinisial AF yang berusia 20 tahun dan RT berusia 17 tahun tewas. Kejadian ini menimpa sopir mobil pick-up Nopol R 1913 VE di Sayegan yang diduga mengemudi dengan lalai sehingga mengakibatkan tewasnya dua remaja tersebut. Sopir itu diketahui bernama Nur berusia 34 tahun.

Namun dugaan tersebut diiringi penyelidikan lain bahwa diduga pula peristiwa itu didasari oleh kegiatan klitih yang hendak dilakukan oleh dua remaja tersbut. Nur menegaskan bahwa dirinya tak sengaja menabrak karena tidak bisa mengendalikan laju mobilnya ketika tiba-tiba motor kedua remaja itu memelan sesaat tiba di Jalan Mlati. Nur menjabarkan bahwa sebelumnya, remaja itu memukul kaca depan mobilnya hingga pecah.

Kasus ini menyita perhatian publik lagi-lagi dengan dibarengi isu klitih. 

Beberapa bulan yang lalu kejadian serupa klitih ini menimpa teman kakak saya, mahasiswa UGM 2011. Saat itu teman kakak saya, sebut saja Ramdani hendak pulang ke rumahnya yang terletak di Kulon Progo. Ramdani saat itu melintasi jalan layang Jombor yang menghubungkan akses menuju jalan Wates.

Ditengah-tengah perjalannya menuruni jembatan, tiba-tiba ada dua orang remaja berboncengan yang diperkirakan usianya belasan tahun lewat mepet ke motor Ramdani. Sontak Ramdani kaget saat sebilah parang ditebaskan ke arahnya. Lengannya pun terluka dan tidak lama setelah itu ada warga yang melintas membantu dirinya untuk dibawa ke rumah sakit.

Ramdani memiliki luka sayat di lengan yang diakuinya lebih sakit lagi luka trauma dari sayatan tersebut. Dirinya mengaku trauma untuk pulang lewat dari pukul 10 malam jika melintasi jalan laying tersebut. Bahkan jam 4 subuh yang seharusnya lalu-lintas mulai padat, tetap saja menjadi incaran para klitih yang meresahkan warga Yogyakarta.

Pelaku klitih setelah ditelusuri merupakan anak-anak yang berumur belasan tahun, banyak dari mereka yang baru duduk di bangku sekolah menengah pertama dan menengah atas. Sungguh potret yang memilkukan bagi generasi muda Yogyakarta. Walaupun tidak semua melakukan klitih, tetapi apabila dibiarkan prilakui ini akan terus menjamur seiring merebaknya pemahaman yang salah akan kehadiran atau posisi diri seorang remaja di tengah masyarakat.

Keluarga seharusnya menjadi pusat rehabilitasi dini bagi para pelaku klitih. Keluarga merupakan lembaga yang paling intim yang berikatan dengan seorang manusia sebagai individu. Jadi, sudah sepatutnya keluarga menjadi pusat rehabilitasi yang paling intim, ampuh, bagi perbaikan prilaku remaja yang menyimpang tersebut.

Ayah dan ibu merupakan orang yang paling bertanggung jawab akan prilaku anak-anaknya di luar rumah. Dengan kata lain, peran kedua orang tua sangat diharapkan bagi terciptanya konformitas remaja muda ataupun remaja akhir menuju usia dewasa. Pendekatan yang dilakukan dapat berupa, berbicara dari hati ke hati sebagai layaknya teman. Orang tua harus mengerti sifat remaja yang labil dan berubah-ubah dengan pendekatan yang tepat. Misalnya, orang tua dapat mengajak anaknya jalan-jalan sore sembari membicarakan kehidupan anaknya itu di sekolah, di rumah, atau di lingkungan permainan.

Komunikasi yang intens, hangat, dan bersahabat ini yang akan menciptakan iklim baik bagi tumbuh kembang anak remaja. Sang anak akan merasa keberadaanya penting, dihargai, bermakna, dan memiliki cinta kasih yang cukup untuk menyadari peran serta dirinya di tengah masyarakat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline