Lihat ke Halaman Asli

Puisi | Realistis

Diperbarui: 13 Januari 2020   08:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Grid.id

Mendekatlah di sisiku
Kubisikkan sesuatu ke telingamu

Jangan lekas meneguk legitnya anggur
Di secawan bibir enteng menguar
Apalagi sampai mabuk berderai

Pada mulutnya kekata bermekaran:
Aku tak dapat hidup tanpamu,
laksana detak jantung di dadaku.
Dan seterusnya

Bagaimana mungkin masih bernapas
Bila engkau baru saja menatap paras
Sembari mencicipi puisi di telaga matanya

Tidakkah kau mencubit nalar sejenak
Seharusnya ia telah mati dikoyak sepi
Sebelum mengusung puisi di senja itu

Prihal ini kita mesti realistis
Terkadang tak seindah puisi
Tidak sekedar diksi-diksi bombastis
Yang sering kita jumpai di layar kaca
Pun di dalam buku-buku imajinatif
Itu saja!

Kb, Januari 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline