Selepas badminton bersama ormas tambang, Bedebah Mabes, beberapa minggu yang silam, entah dimana asal muasalnya, kami sampai pada sebuah obrolan suci mulia, ngobrolin tahun Yubileum. Anomali sih ya, karna sebelumnya obrolan kami Cuma seputar bola, isian liga cempyen, rencana-rencana kemping dan ragam pembagasan nirfaedah lainnya. Yubileum, setelah ditelusuri sedemikian rupa, rupanya sudah dibuka oleh Paus Fransiskus di 24 Desember 2024 silam, dengan tema besar,"ziarah pengharapan", sebuah tema yang secara singkat menegaskan bahwa segenap umat katolik adalah umat yang sedang berziarah dalam pengharapan. Di tahun ini, umat diajak untuk berziarah, bertobat dan berbuat baik bagi sesama. Obrolan yang sangat apa dari sekumpulan warga yang berdosa. Kami lalu sepakat, tahun ini, kami akan melakukan ziarah gereja, dimana sesuai arahan uskup Agung Jakarta, kami akan berkunjung dan berziarah di 9 Gereja yang berbeda. Dalam memilih 9 gereja yang akan kami kunjungi, kami kemudian sepakat kalo kriteria gereja yang akan didatangi adalah: berusia muda, kalo bisa masih sebuah stasi dan jaraknya seputaran Jabodetabek saja. Oh iya, kami pilih stasi karna stasi biasanya masih hidden gem. Ah selera gen z.
Titik perhentian pertama di Tahun Yubileum dalam rangkaian giat Ziarah 9 Gereja Bedebah Mabes, Ziarah dan makan, lebih tepatnya, kami memilih untuk datang ke Gereja Bunda Maria Ratu (BMR), Tapos. Misa dimari Cuma duakali, pagi jam 8 dan sore jam 5, hanya hari Minggu saja. Berhubung biasanya saya misa jam 10.30 di Paulus, maka hari ini jelas, saya bangun dengan niat yang luar biasa besar. Mana Depok mendung pula!
Di pintu masuk gereja BMR, kami semua kaget! Jalan masuknya becek dan penuh genangan air, ke gereja macam mau ke curug aja, begitu kira-kira isi kepala saya. Tak tampak dari kejauhan Salib dari atap gereja seperti gereja pada umumnya. Tukang parkirnya pun terlihat seperti bapak-bapak pungli sepanjang jalan Juanda, lengkap pake rompi kuning. 3rb! Demikian perintah dari mamang-mamangnya untuk biaya parkir motor, bener seperti pungli curug Jir.
Setelah parkirin motor, tanda-tanda Gereja pun masih tak terlihat di paroki ini. Gedung tempat misanya leih terlihat semacam gedung serbaguna tempat kondangan Batak, lengkap dengan bangku merahnya. Gedung gerejanya pun tampak kecil, tak Nampak bangku-bangku Panjang macam gereja pada umumnya, dinding-dindingnya pun masih dari jendela kaca yang bisa dibuka tutup, interiornya sederhana dan kalo diperhatikan dengan seksama, di dinding depan pintu masuk justru tertulis "SAUNG BMR". Aneh.
Tapi, setelah kami masuk, sungguh gereja ini jelas begitu asri dan sejuk. Jendela kaca yang bisa dibuka tutup jadi ventilasi alami yang membawa angin sepoi-sepoi kedalam ruangan. Suasanannya pun terang benderang penuh cahaya alami. Ada pula taman doa yang cukup luas dibawah pepohonan yang rimbun, lengkap dengan patung Bunda Maria tempat umat sejenak berdoa selepas misa. Namun semua ini bukan apa-apa karna yang lebih Ajaib lagi, gereja ini dikelilingi beberapa empang, iya empang dengan ikan lele, bawal, patin dan ikan mas yang riang gembira renang kesana kemari. Empangnya pun luas-luas, tertata rapi dengan dikelilingi jalan setapak yang cukup lebar buat pejalan kaki. Benar-benar menghadirkan suasana yang asri dan sejuk.
Selepas misa, kami disambut kawan OMK yang menuntun kami sedikit berkeliling gereja, diajak kulineran dengan makan soto ayam 15k, lalu dengan penuh ramah tamah diajak makan di ruangan OMK yang asik bener berupa sebuah gazebo kecil dengan beberapa meja, pas buat makan sambil lesehan diterpa semilir angin. Pas makan ini akhirnya kami baru tau, kenapa di Gerej aini tak ada salib, bangku Panjang atau ornament-ornamen gereja pada umumnya, rupanya sampe hari ini, izin Pembangunan Gerej aini belum turun! Izin yang diterima cuma untuk taman doa saja, makanya walaupun sudah jadi paroki, gedung gerejanya masih begitu-begitu aja macam kapel-kapel di Stasi. Kocak sekaligus pilu.
Sampai jumpa di Misa Yubileum selanjutnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI