Bagi para pembaca kompasiana, kata proliga mungkin belum begitu familiar di telinga. Mungkin hanya orang-orang yang berkecipung di dunia pertanian, sebagian sudah mendengarnya. Namun kadang yang sudah pernah mendengar, belum tentu dapat memahami proliga.
Pada akhir 2019, anak negeri yang berkarya di Badan Litbang, Kementerian Pertanian (Balitbangtan), telah menghasilkan suatu inovasi pada tanaman cabai yang disebut dengan Proliga.
Konon penerapan inovasi tersebut bisa melipat-gandakan hasil cabai, oleh karena itu disebut proliga, yakni produksi lipat ganda. Inovasi tersebut diciptakan untuk menanggulangi pasokan yang kurang, juga menjaga kestabilan kebutuhan cabai sepanjang tahun. Bila ini tercapai, maka fluktuasi harga cabai yang sering merugikan petani dapat dihindari.
Mengingat Produktivitas cabai Nasional saat ini adalah 12 ton/ha, itu masih kurang menurut Mantan Kepala Balai Sayuran Lembang, kini menjabat sebagai Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur, Dr. Ir. Catur Hermanto, MP.
Lebih lanjut, beliau mengatakan bahwa capaian produktivitas segitu menjadikan unit cost, biaya yang dikeluarkan untuk setiap kg produksi cabai itu bisa mencapai diatas RP 10.000,-. Ini yang menyebabkan petani merugi, terlebih ketika fluktuasi mencapai level harga rendah di sekitaran Rp. 10.000,-
Hal demikian bisa diatasi manakala produltivitas cabai yang dihasilkan mencapai diatas 15 ton/ha, dengan pasokan yang kontinu. Terdapat beragam cara, salah satunya yaitu dengan menerapkan inovasi teknologi yang dapat melipat-gandakan hasil cabai.
Untuk tujuan tersebut, ada teknologi yang sudah dirancang Badan Litbang Pertanian yakni teknologi produksi lipat ganda cabai yang biasa disebut dengan proliga cabai.
Inovasi proliga tersebut, merupakan formulasi inovasi yang memainkan system penanaman yang dapat meningkatkan populasi tanaman lipat ganda bila dibandingan dengan tanam cabai system biasanya.
Petani menanam cabai, umumnya menggunakan jarak tanam 40 cm x 60 cm, dengan tanam satu bibit per lubang tanaman. Cara ini akan menghasilkan populasi tanaman sekitar 17.000 ss/d 20.000 tanaman per hektar, dengan kisaran produksinya 10-12 ton/ha maksimal 15 ton/ha.
Namun bila menerapkan inovasi cara tanam proliga, akan diperoleh populasi 30.000 tanaman per hektar. Mengapa demikian? Pada system tanam proliga, menerapkan jarak tanam 40 cm x 60 cm, model system tanam zig-zag.
Setiap lubang tanam diisikan satu bibit, dan lubang tanam yang lain diisikan 2 bibit tanaman secara berseling, seperti pada gambar. Misal, sebagai perkiraan hasil yang dicapai adalah satu kilogram per tanaman, maka dengan populasi 30.000 tanaman, akan menghasilkan 30 ton cabai per hektar.