Lihat ke Halaman Asli

Endah Sri NASTITI

Ibu rumah tangga yang (tidak) biasa

Puisi | Hujan yang Kurindu

Diperbarui: 30 Januari 2020   01:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Photo by pixabay

Saat itu seorang sahabat menulis sebuah puisi tentang rasa hatinya pada seseorang. Entah mengapa puisi ini hanya disimpan, kisahnya dengan dia yang tak pernah bisa hilang dari hatinya.
Dan saya coba untuk menambah nyawa di puisi ini dan mempertebal rasa.

Kalau dibaca baris demi baris, tenang dan perlahan kita dapat merasakannya.

Hujan Yang Kurindu

Senja diujung Timur,
gelap menggantung,
awan berselimut malam
mentari menyelusup dibalik kelam

Tampak air langit mendekap bumi
teringat aku pada waktu lalu
sosok wajah menyapa,
sendu,
dan mendekap rindu
pada tembang hujan

Kamu adalah rindu yang sunyi,
selalu hadir diantara petir
hujan dan senja,
menghantamku bertubi-tubi...

Dan
aku tersepai
tersungkur dalam tiraimu yang menderas

Kamu adalah hujan yang kurindu,
tanpa syarat dan batas,
yang selalu mengukir cerita
di setiap senja
Walau kuterluka
Saat merinduimu,
asmarakah?

Aku berlari mendekap senja yang basah,
diantara petrikor
mencari wajahmu diantara rerumputan
mencumbui senyummu ditirai gemuruh

Dan kali ini,
Senja dalam hujan berbalut rindu
Aku teringat masa kita bertemu
Karena kamu adalah senja yang lama
pada hujan yang merindu

Ujung Timur, di sebuah masa

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline