Semua Bermula dari Toxic Relationship
Toxic relationship bisa diartikan hubungan antara dua individu atau lebih yang tidak sehat, beracun dan hanya bersifat merusak. Dalam hubungan yang sehat seharusnya 2 pihak bisa saling mendukung, mencintai, menghargai dan melindungi satu sama lain. Sebaliknya, dalam hubungan yang tidak sehat salah satu pihak merasa memiliki kontrol yang lebih besar, selalu mengatur dan berlaku semena-mena dengan maksud agar pasangannya selalu menuruti kemauannya. Hubungan yang tidak sehat ini bisa berdampak buruk pada diri sendiri dan lingkungan sekitar. Korban akan merasakan tertekan, stres, tidak bahagia, bahkan merasakan kehilangan harga diri. Pada lingkungan sekitar, korban juga bisa membawa emosi negatif ke mana pun korban pergi, dalam aspek tertentu lingkup pertemanan juga bisa semakin mengecil. Pelaku toxic relationship bisa melarang pasangannya bersosialisasi bahkan pada hal positif termasuk mengikuti komunitas atau organisasi (Keny, Wara Cera dkk, 2023).
Sunk Cost Fallacy dalam Toxic Relationship
Dilansir dari thedecisionlab.com, sunk cost fallacy merupakan kecenderungan kita untuk menindaklanjuti sesuatu yang telah kita investasikan secara besar-besaran (baik itu waktu, uang, usaha atau energi emosional), meskipun mengakhiri merupakan ide yang lebih baik. Dalam konteks hubungan, seseorang cenderung melanjutkan sesuatu yang sudah dia bangun dan menjadi ragu untuk mengakhiri hubungan yang tidak sehat karena sudah menginvestasikan banyak waktu, energi bahkan uang berharap semuanya tidak berakhir sia-sia.
Faktor Penyebab Sunk Cost Fallacy:
1. Mengharapkan Pasangan Berubah
Ketika harus mengeluarkan banyak modal tetapi output yang dihasilkan tidak sebanding, ada yang memilih berhenti tetapi ada juga yang memilih bertahan dengan berharap suatu saat keadaan berubah lalu memetik hasil yang diinginkan. Mungkin seiring berjalannya waktu dia akan berubah, i can fix him, pemikiran seperti itu bisa menghambat seseorang mengakhiri hubungan toksik.
2. Kenangan dan Keterikatan Emosional
Waktu yang dihabiskan cukup lama bahkan sampai hitungan tahun pasti membuat seseorang menyimpan banyak memori bersama dan memiliki keterikatan emosional yang kuat. Ketakutan akan perasaan kehilangan atas hal-hal yang dilakukan bersama membuat seseorang ragu melepaskan orang tersebut.
3. Tekanan Lingkungan Sekitar
Dalam suatu hubungan apalagi jika sudah cukup lama biasanya melibatkan orang-orang di sekitar, misalnya saling memperkenalkan pada keluarga atau teman satu sama lain. Ketika berniat mengakhiri hubungan muncul pemikiran, "nanti apa kata orang kalau berpisah?" hal tersebut turut menambah kompleksitas seseorang susah keluar dari hubungan tidak sehat.
4. Takut Memulai Hubungan Baru
Seseorang bisa merasa takut tidak ada yang mencintai lagi atau takut hubungan baru akan berakhir sama, ketakutan seperti ini yang membuat orang ragu untuk berpisah.
Tips agar Tidak Terus Terjebak Sunk Cost Fallacy:
1. Jangan Mengabaikan Bendera Merah atau Red Flag
Ketika ada tanda-tanda sifat atau perilaku yang tidak baik seperti tidak bisa menghargai pasangan, over protektif, kasar, suka berbohong, manipulatif dsb jangan dianggap sepele karena tidak semua hal bisa selalu dimaklumi dan dimaafkan.
2. Know Your Worth
Penting memahami nilai yang ada pada diri sendiri, tanamkan bahwa kita pantas untuk didukung dan diterima bukan sebaliknya. Pikirkan hal-hal dalam diri pasangan yang tidak sesuai dengan nilai diri sendiri dan prinsip hidup, pertimbangkan kemungkinan yang terjadi di masa depan jika hal tersebut terus berlanjut!.
3. Mencari Dukungan
Jika sudah terjebak dalam hubungan yang toksik dan susah mengakhiri carilah bantuan, jika dengan teman atau keluarga masih belum bisa menemukan solusi bisa mencoba dengan bantuan profesional yang terpercaya, melakukan konsultasi dan mengikuti terapi akan membantu memberikan motivasi untuk bisa melepaskan hubungan yang tidak sehat.
4. Tetap Berada di Lingkungan Positif
Hubungan yang tidak sehat akan berpengaruh pada kesehatan mental, usahakan tetap memiliki lingkungan atau komunitas yang positif agar energi negatif dari pasangan toksik tidak semakin merusak mental. Jika terlalu sulit untuk bergabung di komunitas offline carilah yang secara online, saat ini banyak di sosial media komunitas online yang bisa saling berbagi hal positif dalam grup.