Pengantar
Memang tidaklah semua sama perilaku kombatan Timtim (Timor Timur) ketika kembali dari "kolam" -- medan pertempuran (battle field). Ada prajurit yang memilih menyendiri- barangkali karena stress, ada yang berkunjung ke rumah teman-temannya, dan ada pula yang berbagi cerita dengan keponakannya.
Untuk yang disebut terakhir inilah, kisah ini bermula. Seorang prajurit Polri-Brimob memiliki kebiasaan yang stabil dan itu selalu ditunggu dan menjadi semacam "ritual formal" ketika beliau pulang tugas dari Timtim. Nama prajurit ini dipanggil dengan sebutan Pak De Narsudi. Sanag keponakan bernama Budi, masih ingat bagaimana dia ke rumah Pak De hanya ingin mendengar kisahnya, dan tak sungkan untuk mengetuk rumah dengan menyapa: "Bu De! Pak De sudah pulang apa belum ?." Budi kecil ketika itu, terlihat kebiasaan, bahkan "kecanduan" yang sebenarnya diawali oleh Pak De Narsudi sendiri.
Anggota Brimob yang berkali-kali tugas di Timtim sejak tahun 1970-an hingga 1990-an, selalu mengundang keponakan-keponakannya untuk datang ke rumah beliau segera usai masa tugas. Nyaris semua keponakannya dikumpulkan, "ngedeprok" lesehan sementara Pak De duduk dibangku lalu berkisah. "Dengerin ya, Pak De mau cerita...," kalimat awalan ini menjadi pembuka kesukaan Budi, yaitu kisah perang di Timtim.
Diantara kisah menarik ialah tentang 3 peristiwa yang membuat dirinya hingga dewasa kini masih dapat mengingatnya dengan baik.
Kisah Pertama
Perang di Timtim tidaklah selalu terjadi setiap waktu tanpa henti, akan tetapi terdapat banyak sekali jeda untuk melakukan tindakan di luar perang. Suatu hari datanglah waktu sholat. Pak De Narsudi bergegas menuju musholla dalam lingkungan base camp.
Saat jelang berwudhu, Pak De bertemu temannya persis disampingnya tepat di kucuran air berikutnya. Beliau sempatkan ngobrol sebentar, maklumlah temannya itu pernah dalam pendidikan yang sama juga sama-sama anggota Brimob. Saat penugasan ke Timtim, mereka berdua terpisahkan pada keberangkatan dan kesatuan yang berbeda. Obrolan ringan dan singkatpun terjadi. Usai obrol, segera berwudhu. Keasyikan ngobrol, panggilan segera sholat (Iqomah) berkumandang, dan lagi-lagi, mereka terpisah masuk ke musholla.
Setelah sholat saat akan memakai sepatu, terjadilah obrolan dengan rekan-rekan Brimob yang kini tugas bersama dengan Pak De. Beliau menanyakan teman saat pendidikan dulu yang tadi diajak bicara jelang berwudhu sambil menyebutkan ciri-cirinya. "Kalian lihat, teman saya itu..." Mereka yang ditanya, saling menatap, dan berkata: "dia kan sudah gugur, beberapa waktu yang lalu."
Pak De Narsudi mematung dan bersuara lirih..."itu tadi, siapa ya..."
Demikian kisah pertama. Terima kasih pembaca budiman sudah menyimak. Silahkan ikuti kisah keduanya.