Lihat ke Halaman Asli

Bukan Siswa yang Salah

Diperbarui: 25 Juni 2015   00:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13474225731369913540

Seorang guru adalah pembelajar sejati, dari hari ke hari ia harus menjadi lebih baik dan bijak dalam mengajar anak didiknya. Jika kemarin, saat evaluasi pembelajaran banyak siswa yang tidak mengerti materi yang ia sampaikan maka seharusnya hari ini ada perbaikan pada cara mengajarnya. Mengapa? Karena anak-anak tidak pernah salah, mereka datang ke sekolah untuk belajar, jika kita salah memilih teknik dan metode saat menyampaikan materi, maka mereka tidak akan mengerti. Jadi, yang salah jelas gurunya kan? Guru salah memilih teknik dan metode yang ia pakai, sehingga banyak yang tidak mengerti.

Jika setiap guru menyadari hal ini, maka seharusnya ada perbaikan pada pertemuan berikutnya. Ia harus mengganti teknik dan metode yang dipakainya sehingga siswa bisa memahami apa yang ia sampaikan.

Sayangnya, banyak guru yang tidak sadar bahwa ia salah. Yang terjadi selama ini adalah, guru menyampaikan di kelas, jika siswa tidak mengerti, maka siswa lah yang salah! “Mereka tidak mendengarkan” atau “Saya sudah menjelaskan di depan, tapi mereka malah ribut di belakang” atau “Mereka tidak memperhatikan”. Bahkan yang lebih parah adalah, “Memang dasarnya mereka bodoh, makanya tidak mengerti apa yang saya sampaikan”.

Wahai sahabat guru, tidak bisakah sekali-kali kalian melihat ke dalam diri sendiri? Mengapa kalian suka sekali menyalahkan siswa? Ataukah kalian merasa begitu mulia sehingga tidak pernah melakukan kesalahan? Coba renungkan, Jika siswa tidak mendengarkan, maka koreksilah teknik dan metode yang kalian gunakan! Mungkin tidak menarik sehingga mereka acuh, tidak memperdulikan kalian ngomong apa di depan. Lalu, Jika siswa kalian anggap bodoh, coba dekati, telitilah pendekatan apa yang cocok untuknya.

Setelah berhasil memilih teknik dan metode mengajar, pekerjaan berat seorang guru dalam mengajar di kelas berikutnya adalah beragamnya modalitas belajar mereka. Ada yang visual, audio, musical, kinestetik, dan lain-lain. Makanya seorang guru harus bisa memberikan pembelajaran yang menggunakan beragam metode dan melibatkan sebanyak mungkin indera siswa.

Selain modalitas belajar yang beragam, seorang guru juga dihadapkan dengan berbagai karakter serta latar belakang siswa yang berbeda. Seperti yang ku hadapi, aku memiliki satu siswa broken home, ia butuh perhatian lebih karena selama ini ia kehilangan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Jadilah setiap pelajaran ku, Ia selalu duduk di sampingku, di meja guru. setiap dia meminta “Pak saya duduk di samping bapak ya…” saya dengan senang hati berujar, “Iya, silakan..”.

[caption id="attachment_198572" align="alignnone" width="300" caption="Terkadang ada siswa yang butuh perhatian lebih karena masalah keluarga"][/caption]

Siswa ku ini, sebenarnya adalah siswa yang cerdas, dia lah satu-satunya siswa yang sudah hapal perkalian 1-10. Sayang guru-guru yang lain sudah melabelinya dengan siswa yang malas dan nakal, sehingga potensinya tidak tergali dengan baik.

Pesan ku untuk sahabat guru semua, terus lah belajar lebih baik dari hari ke hari. pelajari modalitas belajar siswa, karakter dan latar belakang siswa, serta belajarlah mengajar dengan metode yang beragam. Selamat mencoba!

Salam Ukhuwah, SYAIFUL HADI (SYAIHA)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline