Manusia sebagai makhluk biologis tentunya memiliki kebutuhan untuk bertahan hidup dan melanjutkan garis keturunannya. Kebutuhan dasar manusia untuk bertahan hidup yaitu kebutuhan primer seperti sandang, pangan, dan papan yang tentunya perlu diutamakan dibandingkan kebutuhan lainnya. Hal ini berlaku bagi berbagai kalangan, salah satunya mahasiswa. Mahasiswa yang memiliki berbagai macam kebutuhan perlu untuk mengklasifikasikan pengeluarannya berdasarkan tingkat kebutuhan.
Dalam mengelola keuangan, mahasiswa harus memiliki pemahaman tentang literasi keuangan agar dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya berdasarkan skala prioritas. Berdasarkan data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tahun 2019, indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia masih di level 38,5%. Hal ini menunjukkan bahwa dari seratus jiwa penduduk, hanya ada sekitar 38 juta orang yang memiliki pemahaman tentang literasi keuangan, sementara data OJK pada tahun 2022, indeks literasi keuangan sebesar 49,68% menunjukkan bahwa kurang dari 50% sampel seluruh provinsi.
Setelah melakukan wawancara dengan sejumlah mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia, hasilnya masih banyak yang belum memiliki pemahaman tentang literasi keuangan. Mayoritas dari mereka tidak melakukan pencatatan keuangan, baik pemasukan maupun pengeluaran. Mereka juga masih belum dapat mengatur keuangannya dengan baik karena merasa kesulitan menentukan prioritas kebutuhan dan cenderung konsumtif dalam membeli makanan serta belanja barang di e-commerce.
Hal ini didukung oleh data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2021 dan Maret 2022 yang menunjukkan bahwa terjadi peningkatan rata-rata pengeluaran sebulan per-kapita untuk beberapa komoditas baik di kota maupun di desa. Beberapa di antaranya adalah rata-rata pengeluaran makanan dan minuman meningkat sebesar 2% di kota, aneka barang dan jasa juga meningkat sebesar 1% di kota.
Berdasarkan permasalahan tersebut, sejumlah Mahasiswa Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia membuat project untuk mengetahui sejauh mana pemahaman literasi keuangan pada mahasiswa Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia dengan menggunakan metode experiential learning. Experiential learning merupakan kerangka teoritis yang menekankan kreativitas di antara empat gaya belajar yang memenuhi kebutuhan lingkungan (Kolb, 2015). Konsep experiential learning mengutamakan pengalaman belajar sebagai proses pembelajaran. Dalam experiential learning terjadi proses pembelajaran yang konkret, observasi reflektif, konseptualisasi abstrak, dan eksperimentasi aktif.
Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman sejumlah mahasiswa Psikologi UPI, dilaksanakan pretest dengan hasil lebih dari 90% telah mengetahui skala prioritas dan 72,8% bisa membuat skala prioritas. Akan tetapi, 72,7% belum mampu mengelola keuangan dengan baik, sebanyak 63,7% belum melakukan pencatatan pemasukan keuangan, dan sebanyak 55% belum melakukan pencatatan pengeluaran keuangan. Setelah mendapatkan hasil pretest tersebut, dilakukan intervensi berupa mentoring class dengan penyampaian pengetahuan mengenai manajemen keuangan dan skala prioritas, kemudian dilaksanakan tahap concrete experience melalui case study dan reflective observation melalui sesi refleksi dan diskusi. Setelah itu, tim memberikan pembekalan kepada partisipan berupa tools yang dapat digunakan untuk menentukan skala prioritas dalam manajemen keuangan sehari-hari.
Setelah melakukan mentoring class, tim memberikan kesempatan kepada peserta selama dua minggu untuk mengaplikasikan pembelajaran dari kelas mentoring di kehidupan sehari-hari. Kemudian, tim memberikan post-test untuk mengukur sejauh mana perubahan yang terjadi setelah proses belajar. Hasilnya menunjukkan hampir seluruh partisipan mampu mengelola uang bulanan dengan baik serta sudah mulai melakukan pencatatan pengeluaran dan pemasukan keuangan.
Dari pelaksanaan project ini, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia secara teoritis sudah mampu memahami literasi keuangan. Namun, dalam praktiknya diperlukan konsistensi agar dapat diterapkan jangka panjang. Untuk project selanjutnya, dibutuhkan adanya perluasan partisipan dan pengembangan desain eksperimen guna melihat keefektifan proses belajar untuk peningkatan pengetahuan literasi mahasiswa.
Ditulis oleh Farhan Zakariyya, Delima Muthiara Maghfira, Fitria Syifa Khoirunnisa, Nabila Almarati, Sabrina Az-Zahra, dan Siti Haya Zahra.
Referensi:
Infografis Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan Tahun 2022. Info Terkini. (2022, November 20). https://ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/info-terkini/Pages/Infografis-Survei-Nasional-Literasi-dan-Inklusi-Keuangan-Tahun-2022.aspx