Lihat ke Halaman Asli

Seni Berburu Diskon

Diperbarui: 24 Juni 2015   18:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah mengunjungi hajatan diskon tengah malam, tapi pulang dengan tangan hampa atau barang belanjaan yang minim? Saya pernah! Beberapa kali hal itu terjadi karena pesta diskon itu diselenggarakan di tanggal tua, sementara gajian masih harus menunggu awal bulan. Penyebab lainnya adalah seringkali harga barang setelah diskon masih terasa mahal. Atau jenis barang yang mengalami penurunan harga tidak sesuai incaran atau kebutuhan saya.

Beberapa kali mengalami kekecewaan membuat saya justru mengadakan pengamatan kecil-kecilan. Umumnya pengisi ruang-ruang di sejumlah mal terkemuka adalah beberapa merek ternama. Umumnya potongan harga yang diberikan tergolong seragam.

Jadi bagaimana bisa mendapatkan label kelas menengah dengan harga yang jauh  lebih miring?

Beruntunglah mereka yang tinggal di kawasan sub urban Jakarta. Bagi mereka penduduk sejumlah kota satelit pendukung Jakarta, seperti Tangerang, Bekasi, Depok dan Bogor, lebih mudah untuk mendapatkan barang-barang mode dengan harga diskon yang lebih miring. Di kawasan kota satelit lebih mudah menemukan mal kelas B, dimana gerai-gerai fesyen memberikan potongan harga lebih besar. Mengapa? Teori saya karena label-label tersebut perlu menjàga citra sekaligus omzet melalui berjualan di mal-mal terkemuka. Sementara itu tujuan yang hendak dicapai lewat memberikan potongan harga yang sangat miring adalah menghabiskan stok lama. Pengalaman saya mendapatkan kemeja yang dirilis saat lebaran lalu seharga 400 ribu pada sejumlah mal terkemuka di akhir tahun hanya dengan membayar 79 ribu rupiah saja di salah satu mal kecil di Tangerang.

Begitu banyak gerai factory outlet tapi hanya sedikit yang betul-betul outlet pabrik resmi. Agak sulit menemukan factory outlet yang resmi dari brand lokal ternama. Sulit bukan berarti tidak bisa atau tidak ada kan? Saya menemukan factory outlet resmi dari sebuah merek menengah yang cukup dikenal di kawasan Duren Sawit. Harga kaus yang dijual resmi di sejumlah pusat perbelanjaan senilai 150-200ribu. Tapi di factory outlet tersebut dengan potongan harga saya cukup membayar 60 ribu saja. Sementara jika Anda berkunjung ke Bandung sempatkan diri untuk berkelana ke Kawah Putih. Dalam perjalanan menuju ke sana Anda akan menemukan factory outlet produsen busa spons yang sudah digunakan mobil-mobil Jepang dan diekspor ke negeri Sakura itu. Bukan berarti gerai tersebut hanya menjual busa. Anda akan menemukan kasur, bantal, bedcover, kantung tidur dengan harga jauh lebih miring daripada di pusat perbelanjaan ternama.

Sementara untuk berbelanja elektronik dengan harga miring dan garansi resmi cobalah mengecek harga di hypermarket. Terkadang Anda akan dikejutkan dengan menemukan harga yang lebih murah daripada harga pasaran. Saya menemukan harga sebuah pemutar CD dari merek asal Jerman di sebuah hypermarket lebih murah 100 ribu rupiah dibandingkan dengan sebuah jaringan toko elektronik.

Selamat berburu discount hunter!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline